Kabar24.com, JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan siap selenggarakan kembali International Junior Science Olympiade (IJSO) 2016 pada 2-11 Desember di Bali. Digulirkan sejak 2004, kompetisi tahunan bidang ilmu pengetahuan alam ini telah memasuki pelaksanaan ke-13.
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Hamid Muhammad seperti dikutip Kemdikbud.go.id, Selasa (29/11/2016), mengatakan usai pengunduran diri Kamboja sebagai tuan rumah IJSO 2016, Indonesia melalui Kemendikbud menyatakan siap menjadi tuan rumah IJSO ke-13.
"Penyelenggaraan IJSO dipandang sangat penting dilaksanakan untuk mempromosikan minat atau gemar terhadap sains kepada peserta didik khususnya siswa Sekolah Menengah Pertama," katanya.
Ajang IJSO akan mempertandingkan mata pelajaran Fisika, Biologi, dan Kimia untuk siswa yang berusia 15 tahun ke bawah atau jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Sejak pertama kali dilaksanakan pada tahun 2004 di Jakarta, olimpiade ini sudah mendapatkan pengakuan dari negara-negara lain secara signifikan di bidang ilmu pengetahuan alam bagi generasi muda dan dalam semua aspek kehidupan. Tes IJSO terdiri dari 3 jenis tes yakni pilihan ganda (MCQ), teori, dan tes praktek (Experimental Test).
IJSO tahun ini akan diikuti oleh 58 negara yang terdiri dari 123 pendamping, 276 siswa, 8 visitors, 25 observers, dan 5 executive members, dengan total peserta yang akan ikut sebanyak 437 orang.
Peserta dari Indonesia sendiri akan diikuti oleh 12 siswa dan 6 pendamping. Mereka adalah Albert Sutiono, Aditya David Wirawan, Wiston Cahya, Nixon Widjaja, Raymond Valentino, dan Arkananta Rasendriya.
Selanjutnya siswa dari Indonesia yang ikut dalam IJSO tergabung dalam dua tim, yakni Tomotius Jason, Tanya Nuhaisi Wulandari, Epafroditus Kristiadi Susetyo, Gede Aryana Saputra, Haniif Ahmad Jauhari, dan Joan Nadia, serta Winston Cahya. Sedangkan pendamping peserta Indonesia terdiri dari Budhy Kurniawan, Agustino Zulys, Ahmad Ridwan, Triyanta, Yasman, dan Untuk Triadhi.
"IJSO tidak boleh ada negara yang delegasinya dikeluarkan dari keikutsertaannya karena alasan latar belakang politik, ketiadaan hubungan diplomatik, kurangnya penghargaan dari negara penyelenggara IJSO, pemberlakuan embargo, atau alasan lainnya,” tuturnya.