Bisnis.com, MATARAM - Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) wilayah NTB mengklaim tidak ada BPR yang terkena kasus fraud di NTB.
Ketua Perbarindo NTB Yanuar mengatakan, meskipun kasus fraud marak terjadi pada skala nasional, wilayah NTB tergolong baik dari sisi pengelolaan BPR meskipun nilai rasio kredit bermasalah yang dihadapi masih tergolong besar.
"Di NTB tidak ada yang kita dengar ada unsur fraud. Kalau sudah ada fraud pasti sudah kami tangani," ujar Yanuar kepada Bisnis.com saat dihubungi di Mataram, Senin (28/11/2016).
Menurut Yanuar, guna meningkatkan kinerja BPR di wilayahnya, pihaknya tengah mengusahakan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkaitan langsung dengan operasional BPR.
Pelatihan dan juga pemahaman kompetensi terus dilakukan dengan mengundang pihak profesional untuk memberikan materi pada lembaga pendidikan khusus yang dimiliki oleh Perbarindo NTB.
Pelatihan dan pemantapan kompetensi tersebut menurut Yanuar tidak hanya diberikan kepada staf BPR saja, melainkan secara menyeluruh hingga ke pengurus dan juga pemilik BPR.
"Perbarindo punya lembaga pendidikan khusus untuk meningkatkan kompetensi SDM mulai dari staf hingga pengurus. Kita mengundang fasilitator dari luar supaya SDM kita bisa berkembang," ujar Yanuar.
Fraud merupakan faktor terbesar penyebab ditutupnya BPR. Menurut catatan Bisnis, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan IV OJK Heru Kristiana pernah mengatakan, penutupan BPR tersebut dikarenakan fraud yang berasal dari internal BPR tersebut.
"Fraud itu simple-simple sebenarnya. Misalnya ngambil uang kas atau bikin kredit fiktif yang pelakunya ya orang-orang dari pengurus," ujar Heru.
Heru menambahkan, permodalan yang cenderung masih kecil membuat BPR tidak bisa mencari dan menggaji tenaga kerja yang handal untuk kegiatan operasionalnya. Sarana teknologi informasi yang minim juga membuat operasional BPR menjadi relatif manual. Selain itu banyak BPR yang tidak memiliki jajaran direksi yang lengkap.
"Hal-hal seperti itu yang membuat pengawasan internal menjadi kurang dan muncullah kesempatan untuk melakukan fraud. Sejauh ini tidak ada BPR yang mati karena kalah bersaing, yang kebanyakan ada karena fraud," jelas Heru.