Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Singapura, Hong Kong, & Vietnam Paling Terpapar Kebijakan Ekonomi AS

Singapura, Hong Kong, dan Vietnam diperkirakan menjadi tiga negara di Asia yang paling rentan mengalami paparan kebijakan ekstrim perdagangan internasional oleh Presiden Amerika Serikat Terpilih Donald Trump.
Aktivitas masyarakat terlihat di salah satu sudut pusat keuangan dunia, Wall Street di New York, Amerika Serikat/Bisnis-Stefanus Arief Setiaji
Aktivitas masyarakat terlihat di salah satu sudut pusat keuangan dunia, Wall Street di New York, Amerika Serikat/Bisnis-Stefanus Arief Setiaji

Bisnis.com, JAKARTA—Singapura, Hong Kong, dan Vietnam diperkirakan menjadi tiga negara di Asia yang paling rentan mengalami paparan kebijakan ekstrim perdagangan internasional oleh Presiden Amerika Serikat Terpilih Donald Trump.

 

Berdasarkan laporan Credit Suisse bertajuk ‘What President Trump Means for Asian Economies’, ketiga negara itu paling rentan karena dua alasan. Pertama, selama fase awal ketidakpastian kebijakan, maka perdagangan global dan investasi AS bisa melemah dari tingkat yang sebelumnya sudah melambat.

 

“Hal itu menciderai ekonomi yang sangat bergantung pada investasi langsung asing perdagangan global,”ujar Head of Emerging Asia Economics Credit Suisse Santitarn Sathirathai dalam hasil riset yang diterbitkan Kamis(10/11/2016).

 

Kedua, jika dan ketika pemerintah baru AS meluncurkan stimulus fiskal yang besar pada 2017 nanti, level suku bunga akan meningkat dan berdampak pada beralihnya aliran dana asing dari negera berkembang ke Negeri Paman Sam. Hal itu memberi tekanan lanjutan pada ketiga negara tersebut.

 

Di sisi lain, China dan Korea berpotensi menjadi target musuh dalam aktivitas perdagangan dengan AS. Kedua negara dianggap mitra dagang utama AS dan menjalankan surplus perdagangan yang besar dengan AS.

 

Indonesia, India, dan Thailand dinilai tak terlalu mengalami paparan negatif ekonomi AS dibandingkan negara Asia lain. Dua negara pertama, Indonesia dan India berorientasi domestik, dan menghadapi risiko lebih rendah dari langkah-langkah proteksionis perdagangan dari AS.

 

Ketiga negara Asia itu akan mengalami beberapa depresiasi mata uang ketika suku bunga AS meningkat. Namun perekonomian berada pada posisi yang lebih baik dibanding ketika menghadapi guncangan ekonomi global sebelumnya.

 

Credit Suisse memperkirakan sebagian besar ekonomi Asia akan membiarkan mata uang terdepresiasi, dibandingkan mengintervensi nilai tukar secara agresif, ketika dolar AS berlari kencang. Hal itu dilakukan untuk menjaga inflasi dan posisi uang luar negeri, sama halnya untuk menghadapi ekspor yang loyo. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Lavinda
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper