Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Warga di Lahan Gambut Rindukan Listrik

Warga yang di tinggal di lahan gambut di Desa Sumber Beras, Kabupaten Tanjung Jabung Barat merindukan listrik.
Warga Desa Sungai Beras, Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi, Atik (54) dan Raniyem (74), mengupas pinang (ngocek) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. /Bisnis.com-Nancy Junita
Warga Desa Sungai Beras, Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jambi, Atik (54) dan Raniyem (74), mengupas pinang (ngocek) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. /Bisnis.com-Nancy Junita

Kabar24.com, SUNGAI BERAS – Warga yang di tinggal di lahan gambut di Desa Sumber Beras, Kabupaten Tanjung Jabung Barat  merindukan listrik.

Sejumah warga menuturkan hal itu saat ditemui pada Jumat (4/11/2016). Menurut warga bernama Atik (54) dan Raniyem (74),  listrik menjadi hal utama yang mereka impikan sejak lama.

Pasalnya, sejak Desa Sungai Beras dibentuk pada tahun 1993, hingga saat ini warga hanya bisa menikmati listrik bertenaga diesel yang disewa dari warga yang mampu membeli mesin diesel.

Sebulan, kata Atik, dia harus membayar biaya listrik ke pemilik mesin diesel berkisar Rp170.000/bulan, dan bila menggunakan televisi dia harus membayar Rp200.000/bulan

Menurut Raniyem, pemerintah setempat telah menjanjikan desa tersebut dialiri listrik sejak kabupaten tersebut dipimpin Zumi Zola yang sekarang menjadi Gubernur Jambi.
Tapi, hingga kini baru ada satu tiang listrik yang berada di sekitar pasar di desa itu.

“Listrik dan jalan yang bagus, juga tower agar sinyalkuat kalau lagi telepon,” ujar Atik  dan Raniyem saat ditanya apa yang paling mereka inginkan. Atik dan Raniyem adalah kakak-beradik yang berasal dari Jawa Tengah. Keduanya merantau ke Desa Sumber Beras ketika Atik masih remaja.

Atik mengikuti orangtuanya yang mengikuti Program Transmigrasi ke Sumatra Selatan pada tahun 1979. Dari provinsi itu, ayahnya merantau ke Jambi hingga akhirnya bermukim di Desa Sungai Beras. Dia pun menikah dengan pemuda dari Bugis.

Atik adalah salah satu keluarga penerima beras raskin. Untuk bertahan hidup, dia mengerjakan banyak hal. Pada pagi hari, misalnya, dia menjual aneka makanan seperti nasi uduk. Pada siang hingga sore hari dia mengupas kulit buah pinang yang oleh warga setempat disebut dengan “ngocek pinang”.

Dari “ngocek pinang”, Atik bisa mendapat uang Rp 30.000 sehari bila bekerja dari pagi sampai sore hari. Upah mengupas buah pinang Rp2.000/kg.

Atik mengakui, kehidupan di Sungai Beras tidak gampang, karena kebutuhan sehari-hari harus dibeli. Seperti sayur,  beras dibeli dari pedagang yang datang dari Jambi, dan Tungkal. Padahal, lahan yang mereka miliki bisa dimanfaatkan untuk bercocok tanam.

Transportasi yang tak mudah membuat harga kebutuhan di desa itu lebih mahal. Harga gula pasir , misalnya, Rp14.000 per kilogram. Sebagai informasi, untuk sampai ke desa ini harus menumpang “speedboat” dengan ongkos Rp35.000 per orang. Kemudian, untuk menuju Jambi, perjalanan dilanjutkan menggunakan bus sekitar 2 jam dengan ongkos Rp30.000 per orang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nancy Junita
Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper