Kabar24.com, JAKARTA - Dari luar, empat unit ruko yang terletak di Komplek Pergudangan Centra Cakung di Blok F dan K terlihat sama seperti bangunan-bangunan lain.
Jika tak menilik ke dalam, tidak akan ada yang menduga kalau ruko-ruko tersebut sebenarnya adalah pabrik produksi obat ilegal berisikan mesin-mesin canggih, bahan baku pembuatan obat dan ribuan butir obat palsu siap edar yang secara kasat mata terlihat sama persis dengan obat asli baik dari segi kemasan maupun isi.
"Nggak tahu, biasanya selalu tertutup. Selayaknya nggak ada kegiatan gitu. Saya saja baru tahu, kayak gudang kosong saja setahu saya," sebut Herman yang mengaku sudah 3 tahun menjadi security di tempat tersebut kepada Bisnis.com, Jumat (28/10/2016).
Dia menjelaskan sesekali memang dia pernah melihat mobil Grand Max keluar masuk dari bangunan tersebut. Namun, dia tidak tahu apa muatannya karena langsung masuk ke dalam gedung.
Setelah dilihat langsung, pantas saja Herman tidak tahu kegiatan apa saja yang terjadi di dalam gedung ruko. Pasalnya setiap ruangan di dalam gedung disekat.
Sebagai penghubung antara ruko satu dan lainnya, dinding bangunan dijebol seadanya. Jadi, kalaupan ada kesempatan menilik sekejap dari luar, maka yang terlihat hanyalah ruang biasa.
Ternyata, di balik ruang yang terlihat biasa tersebut tersimpat berunit-unit mesin mulai dari pengolah bahan baku obat hingga mesin pengemas obat.
Selain itu, di dalam gedung juga terdapat ribuan bahkan jutaan butir pil tanpa merek serta kemasan-kemasan obat yang terlihat sama persis dengan aslinya.
Sementara itu, di Komplek Pergudangan Green Sedayu Biz Park Blok GS No 120 dan 118 serta Blok GS 11 No 15 terdapat jamu pabrik oplosan yang juga dipenuhi sejumlah mesin, bahan pembuat jamu serta jamu siap jual.
Kapolda Metro Jaya M. Iriawan dalam tinjauannya ke lokasi hari ini menyebutkan pabrik obat palsu ini sudah beroperasi selama enam bulan sementara pabrik jamu kemungkinan sudah beroperasi lebih lama dengan perkiraan omzet keduanya sementara mencapai Rp12,5 miliar.
"Produksi baru enam bulan ... Kita akan melihat kapan mereka menyewa atau membeli gedung tersebut. Kalau melihat mesin yang di belakang ini, jamu, sudah cukup lama tapi kalau mesin obat tadi kelihatannya masih baru, masih gress," jelas Iriawan di lokasi pabrik Jamu.
Berdasarkan pantauan Bisnis.com, di ruko tempat produksi obat terdapat puluhan karung obat berbagai warna yang menurut Kapolda berjumlah jutaan butir, kemasan obat siap pakai, sejumlah mesin dan bahan baku pembuatan obat.
Sementara di pabrik jamu, terlihat berkarung-karung jamu siap edar baik yang dikemas dalam kotak-kotak kecil maupun yang masih dalam plastik pembungkus.
Di sisi ruangan juga masih terlihat gulungan kemasan plastik yang masih terpasang di mesin. Bau jamu langsung menyeruak dan memenuhi seluruh ruangan ketika sejumlah wartawan nemasuki gedung.
Lebih lanjut, kapolda menjelaskan kendati berlokasi di ruko, produksi obat dan jamu ilegal tidak main-main. Mulai dari segi tampilan obat yang sangat identik dengan produk asli pada umumnya, hingga proses produksi yang menggunakan mesin-mesin canggih.
Proses produksi obat ini juga diperkirakan menggunakan jasa konsultan sehingga sangat susah membedakan hasil produksi pabrik ilegal ini dengan obat asli. Kemasan obat bahkan disertai dengan kode digital yang semakin meyakinkan.
"Kalau kita lihat tadi mesin-mesin pabriknya cukup canggih dan berkualitas ... Tidak mungkin dengan biaya kecil karena dilihat dari mesinnya pun cukup berkualitas bahwa mesin yang kita punya di Rumah Sakit Polri katanya malah kalah dari mesin ini ...," katanya.
Dia menambahkan orang awam yang melihat obatnya seperti asli karena di situ ada kode digitalnya yang kalau dilihat sudah cukup sempurna pemalsuannya.
Kapolda Iriawan juga mencurigai bahwa obat serta jamu palsu ini tidak hanya dijual di Jakarta tetapi juga ke daerah lain. Untuk itu, pihaknya bersama Badan POM akan menelusuri lebih dalam sejauh mana distribusi obat dan jamu palsu ini.
Pihaknya juga akan mengusut siapa pemilik pabrik ini. Sebab, hingga saat ini, polisi baru berhasil menangkap satu orang tersangka berinisial RS yang menjadi penanggung jawab.
"Saya pikir dia bukan pemilik, nanti kita kembangkan. Tidak mungkin dengan biaya keci. Saya perintahkan DirKrimsus untuk mengusut tuntas sampai ke akarnya baik itu mesin, kemudian penyandang dana, konsultan, bahan bakunya, rumah sakit mana yang didistribusi. Kalau rumah sakit beli [obat] murah, mungkin kenapa beli murah? Apakah dapat diskon?" katanya.
Kepala Balai Besar BPOM DKI Jakarta Dewi Prawitasari mengatakan pihaknya harus memastikan terlebih dahulu proses produksi obat-obat serta melakukan uji laboratorium untuk bisa menentukan efek samping yang mungkin timbul akibat mengkonsumsi obat serta jamu palsu ini.