Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Polisi AS Gunakan Data Twitter, Facebook, Instagram Lacak Pengunjuk Rasa

Kepolisian AS mengunakan data lokasi dan informasi pengguna lain dari Twitter, Facebook dan Instagram untuk melacak pengunjuk rasa di Ferguson, Missouri, dan Baltimore, menurut laporan Serikat Kebebasan Sipil Amerika (ACLU), Selasa (11/10/2016).
Ilustrasi/Reuters
Ilustrasi/Reuters

Bisnis.com, SAN FRANSISCO -  Kepolisian AS mengunakan data lokasi dan informasi pengguna lain dari Twitter, Facebook dan Instagram untuk melacak pengunjuk rasa di Ferguson, Missouri, dan Baltimore, menurut laporan Serikat Kebebasan Sipil Amerika (ACLU), Selasa (11/10/2016).

Menanggapi temuan ACLU itu, Facebook yang juga pemilik Instagram, dan Twitter menutup akses data mereka ke Geofeedia, penjual data yang menyediakan data ke polisi.

Laporan tersebut muncul ditengah meningkatnya kekhawatiran di kalangan pengguna dan pengatur mengenai bagaimana data dalam jaringan digunakan dan seberapa dekat perusahaan teknologi bekerja sama dengan pemerintah dalam hal pemantauan.

"Kesepakatan data khusus ini membolehkan polisi menyelinap lewat pintu belakang dan menggunakan platform kuat ini untuk melacak para pengunjuk rasa," kata Nicole Ozer, direktur kebijakan teknologi dan kebebasan sipil ACLU.

Laporan ACLU itu menemukan bahwa pada Juli, Geofeedia mempromosikan produk pemantau media sosial miliknya sebagai alat untuk memantau unjuk rasa. Geofeedia adalah platform perangkat lunak yang memungkinkan klien untuk memantau unggahan terkait lokasi spesifik.

Perusahaan tersebut mengatakan mereka bertujuan memberikan informasi semasa dan tersedia secara terbuka kepada klien, termasuk korporasi, kelompok media, kota, dan tim olah raga.

Geofeedia berkomitmen kepada prinsip-prinsip kerahasiaan pribadi, transparansi dan hak-hak individual serta memiliki kebijakan jelas untuk mencegah penggunaan perangkat lunaknya secara tidak patut, kata CEO Phil Harris.

"Hal itu, kami paham, dengan sifat teknologi digital yang selalu berubah, bahwa kami harus terus bekerja untuk menggunakan perlindungan hak sipil ini sebagai dasar," kata Harris dalam surat elektroniknya.

Geofeedia bekerja sama dengan lebih dari 500 badan penegak hukum dan badan keamanan publik di seluruh negara, menurut surat elektronik ACLU yang diperoleh dengan dasar UU Kebebasan Informasi.

Dalam studi kasus pada 2016 yang diterima ACLU, Geofeedia mengutip detektif polisi Baltimore Sersan Andrew Vaccaro yang mengatakan, bahwa polisi mencegat anak-anak yang membawa ransel penuh berisi batu setelah tim Geofeedia memperingatkan polisi mengenai obrolan di sebuah sekolah menengah.

Baltimore dilanda kerusuhan pada April 2015 menyusul pemakaman Freddie Gray, pria kulit hitam berumur 25 tahun yang tewas akibat cidera tulang belakang setelah ditangkap oleh polisi.

Dalam sebuah surat elektronik pada Oktober 2015, seorang karyawan Geofeedia memuji sebagai "sukses besar" untuk mengatasi unjuk rasa rasial setelah tragedi penembakan remaja kulit hitam, Michael Brown pada Agustus 2014, oleh polisi kulit putih di pinggiran kota St Louis, Ferguson.

Facebook dan Instagram memutuskan akses Geofeedia pada 19 September, menurut ACLU.

"Pengembang ini hanya memiliki akses ke data yang dipilih orang untuk dibagikan ke publik," kata jurubicara Facebook dalam sebuah pernyataan. "Aksesnya menjadi subjek pembatasan dalam Kebijakan Platform kami, yang menggarisbawahi apa yang kami harap dari pihak pengembang yang menerima data menggunakan platform Facebook." Kebijakan Facebook menyebutkan bahwa pengembang tidak boleh "menjual, memberi kewenangan, atau membeli data yang diperoleh dari kami atau layanan kami".

Dalam cuitannya, Twitter mengatakan bahwa mereka "segera menangguhkan akses komersial Geofeedia ke data Twitter," menyusul laporan ACLU itu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA/REUTERS
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper