Bisnis.com, JAKARTA - Berikut ini adalah ringkasan headlines BISNIS INDONESIA edisi cetak Jumat, 07 Oktober 2016. Untuk menyimak lebih lanjut, silahkan kunjungi http://epaper.bisnis.com/
Seksi Market
Hal 13. PROYEKSI KINERJA ; Emiten Kosmetik Rentan Tertekan
Kinerja emiten yang bergerak di bidang kosmetik dan barang keperluan rumah tangga diprediksi akan mengalami penurunan pada semester II/2016 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Hal 14. AMNESTI PAJAK ; Repatriasi Masih Wait & See
Otoritas Jasa Keuangan mengungkap 95% dana repatriasi hasil amnesti pajak masih ada di bank gateway dan diperkirakan mulai mengalir ke pasar modal dalam satu—dua bulan mendatang.
Hal 15. EMITEN PRODUK KONSUMER ; Badai Bagi KINO Belum Berlalu
Medio September 2016, manajemen PT Kino Indonesia Tbk. menegaskan tetap melanjutkan produksi produk minuman Cap Kaki Tiga setelah ketok palu di meja Mahkamah Agung. Kendati demikian, tantangan lain mengintai.
Hal 16.KHAWATIR PRODUKSI KEMBALI NAIK ; Harga Minyak Tergelincir
Harga minyak kembali tergelincir seiring dengan kekhawatiran investor perihal peningkatan harga baru-baru ini bakal mendorong produsen untuk memacu produksi. Alhasil pasar yang mengalami surplus semakin tertekan.
Hal 17-20. Tabel Bursa & Moneter
Hal 21. LAYANAN KEUANGAN ELEKTRONIK ; Tanda Tangan Digital Akan Disertifikasi
Otoritas Jasa Keuangan akan merilis aturan mengenai penerbitan sertifikat tanda tangan digital kepada para pelaku jasa keuangan lantaran semakin berkembangnya transaksi elektronik.
Hal 22. KREDIT BUNGA RENDAH ; KUR Makin Deras Mengucur
Bank penyalur Kredit Usaha Rakyat mengoptimalkan sektor-sektor potensial untuk memacu penyerapan kredit berbunga 9% itu.
Hal 23. STRATEGI USAHA ; Korporasi Ditinggalkan, Ritel Diharapkan
Menyongsong 2017, bank-bank mulai merancang strategi bisnis sembari bersih-bersih kredit bermasalah. Sejumlah bank mendeklarasikan arah bisnis baru dengan mengurangi porsi kredit korporasi dan fokus di segmen ritel.
Hal 24. PROYEKSI KREDIT 2017 ; Bankir Pesimistis Dua Digit
Pertumbuhan kredit diprediksi masih berada di kisaran satu digit pada tahun depan. Proyek infrastruktur yang masih dalam tahap proses disebut menjadi faktor utama permintaan kredit belum merata.