Bisnis.com, MATARAM – Provinsi Nusa Tenggara Barat mencatat deflasi sebesar 0,63% pada September 2016. Angka ini berada di bawah angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,22%.
Kepala Badan Pusat Statistik provinsi NTB Endang Tri Wahyuningsih mengatakan, Kota Mataram dan Kota Bima mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,66% dan 0,45%.
Sebagai provinsi yang selama tiga bulan berturut-turut mengalami deflasi, Endang menyebut hal ini perlu diwaspadai karena berpengaruh pada daya beli masyarakat.
“Jangan senang dulu kalau deflasi tiga bulan berturut-turut. Karena itu artinya daya beli konsumen rendah sehingga harga terus turun. Lebih baik turun sedikit, kemudian naik sedikit. Itu artinya kita terkendali,” ujar Endang dalam konferensi pers di Kantor BPS NTB, Senin (3/10/2016).
Lebih lanjut Endang mengatakan, deflasi yang terjadi pada September 2016 di NTB disebabkan karena adanya penurunan indeks pada kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 1,85%, kelompok bahan makanan sebesar 1,78%, dan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,03%.
Sedangkan kenaikan indeks terjadi pada kelompok sandang sebesar 0,97%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,31%, dan kelompok kesehatan sebesar 0,18%.
Tercatat, laju inflasi NTB menurut tahun kalender sebesar 1,52% dan laju inflasi tahun ke tahun sebesar 2,93%.