Bisnis.com, JAKARTA - Berikut ini adalah ringkasan headlines BISNIS INDONESIA edisi cetak Kamis, 29 September 2016. Untuk menyimak lebih lanjut, silahkan kunjungi http://epaper.bisnis.com/
Seksi Market
Hal 13. BISNIS PERKEBUNAN SAWIT: Emiten Dibayangi La Nina
Mayoritas saham emiten sawit tumbuh positif sepanjang tahun berjalan. Namun, prospek kinerja perkebunan di bayangi oleh fenomena La Nina yang diproyeksi terjadi pada periode Oktober 2016 hingga Maret 2017.
Hal 14. OBLIGASI NEGARA RITEL: Memaknai 1 Dekade ORI
Sudah 10 tahun pemerintah menerbitkan Obligasi Ritel Indonesia (ORI) sebagai instrumen menarik untuk pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pamor ORI kian melambung bahkan menjadi incaran para investor pasar modal.
Hal 15. EMITEN OTOMOTIF: Bersiap Menyongsong Momentum Positif
Agustus lalu seolah menjadi titik balik bagi industri otomotif dalam negeri. Pasar kembali bergairah ditandai distribusi pabrikan ke diler alias wholesales yang meningkat.
Hal 16. FAKTOR FUNDAMENTAL KOKOH: Reli Seng Bakal Berlanjut Sampai Tahun Depan
Membaiknya faktor fundamental membuat seng menjadi logam terbaik dengan kenaikan harga sekitar 44% sepanjang tahun berjalan. Tren positif ini diperkirakan berlanjut hingga 2017.
Hal 17. s/d 20 Tabel bursa moneter dan komoditas
Hal 21.PENGATURAN LAYANAN KEUANGAN: Fintech Wajib Tersertifikasi
Otoritas Jasa Keuangan akan mewajibkan pelaku jasa keuangan berbasis teknologi atau financial technology memiliki sertifikasi guna menjaga kualitas layanan serta menghindari kecurangan atau fraud.
Hal 22. PENEMPATAN INVESTASI: BPJSTK Pangkas Deposito di BPD
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan atau BPJSTK memangkas penempatan deposito di sejumlah bank pembangunan daerah.
Hal 23. PEMBIAYAAN BERMASALAH: Kredit Komersial Masih Lampu Kuning
Kualitas kredit segmen menengah atau komersial hingga memasuki semester II/2016 masih mengalami pemburukan. Bank pun berhati-hati dalam memberikan kredit ke segmen menengah.
Hal 24. KINERJA BANK: Pelunasan Naik, Kredit Stagnan
Aksi debitur yang cenderung melakukan pelunasan utang (refinancing) ketimbang mengajukan kredit baru menjadi salah satu faktor perlambatan pertumbuhan kredit perbankan.