Kabar24.com, JAKARTA—Penyampaian, bukan pembacaan doa, dalam sidang paripurna DPR yang diwarnai kritik terhadap kinerja pemerintah membuat heboh di dunia maya meski ada yang menilai hal itu biasa.
Bagaimana tidak, isi doa yang disampaikan setelah pidato kenegaraan Presiden Joko Widodo di Gedung DPR itu menjadi luar biasa. Pasalnya, doa itu disampaikan oleh seorang politisi dari Fraksi Gerindra, Muhammad Syafii dengan menyinggung berbagai isu. Isunya mulai dari soal outsourcing yang masih kontroversi hingga bentrok di Medan yang baru terjadi. Tidak hanya itu, doanya juga menyinggung soal sosok pemimpin di Tanah Air.
"Jauhkan kami dari pemimpin yang khianat, yang memberi janji janji palsu, yang memberi harapan kosong," ujar Syafii. Menanggapi doa itu, politisi Golkar Roem Kono menyayangkan kejadian tersebut. Pasalnya, doa yang disampaikan mengarah kepada kritik terhadap pemerintah.
"Saya kira ini acara kenegaraan. Saya kira itu doa keluar dari hati sanubarinya dan semua rakyat Indonesia pasti rasakan itu,” ujarnya, Rabu (17/8/2016).
Menurutnya, pemerintah sudah kerja keras namun doa itu tetap bernada kritikan terhadap pemerintah. Kendati demikian, Roem tidak mempersolkan lebih jauh atas kejadian tersebut. Dia hanya menegaskan bahwa hal itu bagian dari hak warga negara Indonesia sebagi penyampai doa.
"Biarlah dia yang bertanggungjawab kepada Allah SWT dan rakyat Indonesia. Tapi kita anggap positif dan baik. Nyatanya presiden dan wapres senyum senyum aja kan,” ujarnya. Muhammad Syafi'i tertawa ketika mendengar bahwa apa yang disampaikannya telah membuat gempar dunia maya.
Saat ditanya apakah ia membaca teks atau tidak, Syafi'i menjawab tidak. "Tidak pakai teks, itu muncul saja. Tapi memang beberapa hari sebelumnya dimintain teks (oleh Setjen DPR), tapi saya bilang saya tidak pernah pidato atau baca doa pakai teks, tapi tergantung pada yang saya dengar yang saya lihat," katanya di Kompleks Parlemen Selasa (16/8/2016).
Dalam acara resmi memang hal yang lazim dilakukan adalah membacakan doa, bukan menyampaikan doa. Dengan demikian tidak salah kalau pihak Setjen DPR menanyakan teks doanya kepada Syafi’i.
Akan tetapi, hajatan kenegaraan itu telah selesai. Terlepas dari ada atau tidaknya teks doa, tentu hanya tuhan yang tahu apakah doa politisi dari “partai oposisi” itu diterima atau tidak.