Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IKIP Budi Utomo Dirikan Pusat Studi Kawasan Indonesia Timur

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Budi Utomo, Malang, Jawa Timur, mendirikan Pusat Kajian Indonesia Timur Pendidikan dan Budaya (Puskitdaya) untuk mengembangkan sumber daya manusia di wilayah tersebut.
IKIP Budi Utomo Malang/Istimewa
IKIP Budi Utomo Malang/Istimewa

Kabar24.com, MALANG - Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Budi Utomo, Malang, Jawa Timur, mendirikan Pusat Kajian Indonesia Timur Pendidikan dan Budaya (Puskitdaya) untuk mengembangkan sumber daya manusia di wilayah tersebut.

Ketua Pengembangan IKIP Budi Utomo Nurcholis Sunuyeko mengatakan pendirian itu didasarkan keprihatinan karena indeks pembangunan manusia (IPM) di wilayah tersebut masih rendah bila dibandingkan kawasan Indonesia barat.

“Karena itulah, sebagai perwujudan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, kami terketuk untuk membangun pusat pengkajian tersebut agar wilayah di sana dapat berkembang,” ujarnya di sela-sela Peluncuran Puskidaya di Malang, Senin (15/8/2016) malam.

Yang mendesak ditangani, terutama aspek pemetaan permasalahan, terutama terkait dengan pengembangan SDM. Karena itulah, penyusunan basis data yang kuat menjadi agenda awal.

Konsultan Puskitdaya Profesor Bonaventura Ngarawula, Guru Besar Ilmu Politik Universitas Merdeka Malang, mengatakan karena luasnya wilayah tersebut, maka idealnya dilakukan prioritas-prioritas kewilayahan.

Yang mendesak digarap, terkait pengembangan SDM di wilayah Nusa Tenggara Timur. Kawasan tersebut perlu digarap karena IPM memang relatif rendah.

Agar ada sinergitas, maka diharapkan Puskitdaya juga menjalin kerja sama dengan pemda tersebut terkait dengan program tersebut.

Menurut Nurcholis,  upaya pengembangan wilayah Indonesia Timur juga sesuai dengan orientasi dari program Pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Penyebutan kata Indonesia Timur, kata dia, saat ini ada kesan stigma sebagai wilayah yang kurang berkembang.

Dengan majunya kawasan Indonesia Timur, maka tidak ada lagi stigma seperti itu. Tidak ada lagi istilah Indonesia Timur dan Indonesia Barat. Yang ada adalah Indonesia sebagai negara kesatuan.

Jika pun istilah tersebut, maka konteksnya hanya bersifat geografis, tidak bermakna ajektif yang mengandung unsur stigma.

Dia mencontohkan hal terkait dengan Indonesia Timur, yakni ekspresi yang cenderung kasar. Masalah tersebut perlu dibedah sehingga dapat dimengerti dan dipahami dengan baik.

Dengan adanya saling memahami antar-masyarakat yang beragam etnis dan kewilayahan, maka diharapkan ada saling sinergi. Dapat tercipta semangat kebersamaan dan saling menghargai.

“Ujung-ujungnya akan dapat tercipta negara kesatuan yang benar-benar kuat yang dibangun etos kebersamaan dan saling penghargaan satu sama lainnya karena mereka sudah saling memahami,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Choirul Anam
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper