Bisnis.com, JAKARTA - Sudah menonton film ‘Finding Dory’? Ini adalah sekuel film ‘Finding Nemo’ yang dirilis pada 2003. Film ini meraih sukses besar dengan meraup pendapatan hingga Rp12,4 triliun.
Nemo, ikan lucu berwarna oranye itu segera menjadi primadona. Hal ini bahkan berdampak pada kehidupan di dunia nyata. Populasi clownfish—inspirasi karakter Nemo—bahkan kian terancam.
The Saving Conservation Nemo Fund menyatakan 1 juta clownfish diambil dari habitatnya di karang-karang untuk dipindahkan aquarium setiap tahunnya. Penjualan clownfish bahkan meningkat 40% sejak film besutan Disney tersebut dirilis.
Clownfish atau ikan badut memang bisa hidup di area karang. Saat mengunjungi kawasan wisata Pahawang, Lampung pertengahan April lalu saya sempat bertemu ikan cantik ini. Pemandu wisata kami menangkapnya di sebuah wadah untuk ditunjukkan kepada pengunjung.
“Saya harus mengembalikan ikan ini ke tempat semula. Kalau langsung dilepas dia akan mati,” katanya.
Pencarian para kolektor terhadap Nemo justru membuat keberadaannya di alam menjadi terancam. Beruntung, beberapa jenis spesies clownfish bisa dikembangbiakkan.
Direktur Saving Nemo Karen Burke da Silva mengatakan, saat ini tujuh dari 23 spesies clownfish sudah bisa dibudidayakan di Australia.
“Banyak orang tidak tahu bahwa 90% spesies air laut yang kini hidup di aquarium justru diambil langsung dari alam liar,” katanya.
Sepertiga dari koleksi hewan laut tersebut bahkan berasal dari Indonesia dan Filipina. Lantas bagaimana dengan Dory? Dalam dunia nyata, ikan berwarna biru cerah ini dikenal sebagai ikan tang (the royal blue tang). Celakanya, Dory tidak seperti Nemo yang bisa dikembangbiakkan bukan di habitat aslinya.
Kampanye
Burke da Silva menjelaskan, saat ini diperkirakan 400.000 ikan tang dijadikan koleksi untuk peliharaan setiap tahun. Artinya, jika Anda melihat salah satu ikan tersebut di aquarium, bisa dipastikan hewan malang itu diambil langsung dari habitat aslinya.
Di dunia maya, kampanye penyelamatan Dory si ikan biru bergaung keras. Edukasi semacam ini memang belum sampai ke Indonesia, tetapi di luar negeri para peneliti, penggiat konservasi, dan pecinta lingkungan sudah bersuara lantang.
Kelsey Bourgeois, misalnya, membuat sebuah petisi online untuk meminta Disney melakukan langkah pencegahan terhadap dampak film ‘Finding Dory’. Dalam petisi tersebut dia mengungkapkan, jika permintaan ikan tang akan sama dengan skala permintan clownfish, populasi ikan biru tersebut bakal terancam. Apalagi sampai saat ini kalangan ilmuwan belum berhasil mengembangbiakkan blue tang.
“Disney telah mengetahui dampak film terhadap clownfish. Kini mereka harus bersiap menghadapi hal serupa terhadap blue tang,” katanya.
Kini, petisi tersebut sudah ditandatangani oleh 114.508 orang dari seluruh dunia.
Dalam film ‘Finding Dory’, tokoh utamanya digambarkan sebagai ikan yang memiliki sifat menyenangkan tetapi kekanak-kanakan. Dory juga memiliki kelebihan untuk berbicara dengan paus dan memahami bahasa manusia. Guna memproduksi film animasi ini Disney harus mengeluarkan dana hingga Rp2,6 triliun.
Sejak dirilis pada 17 Juni lalu, ‘Finding Dory’ terus meraih kesuksesan. Situs boxofficemojo menyebut, pendapatan film ini telah mencapai US$246 juta di seluruh dunia. Ini menjadikannya sebagai film animasi terlaris sepanjang masa.
Menyaksikan Dory di layar lebar memang menggemaskan. Namun, menyaksikannya langsung di aquarium justru akan terasa mengenaskan. Jadi, masih berminatkah Anda ‘menemukan’ Dory?