Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Habis Brexit Terbitlah Frexit. Lalu Apa Lagi?

Selain menimbulkan goncangan di pasar modal hari ini, Jumat (24/6/2016) serta melesatnya komoditas safe haven macam emas, Brexit juga berpotensi menjadi bola salju yang menggelinding membawa isu serupa di sejumlah negara anggota Uni Eropa.
Pendukung Brexit bersorak di pesta Leave EU setelah melihat hasil penghitungan sementara referendum Inggris./Reuters-Toby Melville
Pendukung Brexit bersorak di pesta Leave EU setelah melihat hasil penghitungan sementara referendum Inggris./Reuters-Toby Melville

Kabar24.com, JAKARTA - Dunia terkejut dengan referendum Inggris yang menghasilkan kemenangan Brexit alias British atau Britain exit, keluar dari keuanggotaan di Uni Eropa.

Selain menimbulkan goncangan di pasar modal hari ini, Jumat (24/6/2016) serta melesatnya komoditas safe haven macam emas, Brexit juga berpotensi menjadi bola salju yang menggelinding membawa isu serupa di sejumlah negara anggota Uni Eropa. 

Hari ini, seakan terinspirasi Inggris, Partai kanan garis keras di Prancis, Front Nasional, meminta pemerintah setempat menggelar referendum keanggotaaan Uni Eropa.

Partai anti-imigran dan anti-Eropa itu juga memberi selamat atas keluarnya Inggris dari blok beranggotakan 28 negara tersebut dan berharap hasil referendum di Inggris dapat meningkatkan skeptisisme terhadap Eropa di Prancis.

Front Nasional adalah satu-satunya partai politik besar di Prancis yang mendukung agar warga Inggris memilih untuk keluar dari Uni Eropa dalam referendum yang baru saja digelar.

"Ini adalah kemenangan bagi kebebasan. Kami sekarang ingin menggelar referendum yang sama di Prancis dan negara-negara Eropa lainnya," kata pemimpin Front Nasional, Marine Le Pen, dalam akun Twitternya.

Wakil Le Pen, Florian Philippot, juga mengatakan bahwa giliran Prancis untuk keluar dari Uni Eropa.

"Kebebasan bagi rakyat pada akhirnya selalu menang. Selamat kepada Inggris Raya. Kini giliran kami #Brexit #Frexit," kata dia di Twitter.

Sejak mengambil alih kepemimpinan Frant Nasional dari ayahnya pada 2011 lalu, Le Pen dikenal sebagai tokoh yang berhasil membawa partai tersebut meraih suara besar dalam pemilu putaran pertama.

Namun mereka tetap kalah dalam putaran terakhir dan hanya menguasai kurang dari 10 dewan kota kecil dan menengah.

Sejumlah analis mengatakan bahwa agenda proteksionis dan kebijakan anti-Eropa membuat partai tersebut ditinggal banyak pemilih.

Keluarnya Inggris dari Eropa dalam referendum akan membantu partai tersebut, kata analis dari lembaga survei Ifop, Frederic Dabi.

"Ini adalah berita yang bagus bagi Le Pen karena persoalan Eropa adalah salah satu yang agenda utama Front Nasional dalam pemilu," kata Dabi.

"Warga usia tua dan pada eksekutif mengkhawatirkan Frant Nasional karena pendiriannya yang anti-Eropa. Namun kejadian di Inggris telah memberi contoh. Jika keluarnya Inggris dari Eropa berdampak baik, maka sikap Front Nasional akan diamini semakin banyak orang," kata dia.

Le Pen sendiri dalam beberapa bulan terakhir lebih banyak diam akibat kekalahan besar dalam pemilihan umum daerah pada Desember tahun lalu.

Le Pen pada bulan lalu mengatakan bahwa jika terpilih menjadi presiden, dia akan langsung berunding dengan Brussel untuk membicarakan sejumlah persoalan, termasuk penggunaan mata uang tunggal.

Jika perundingan itu gagal, dia akan meminta warga Prancis untuk memilih meninggalkan Eropa melalui referendum.

Seperti menjadi pembicaraan awal, dorongan agar Inggris keluar dari Uni Eropa salah satunya karena kalangan pendukung ini tak ingin Inggris menerima beban dari kegagalan perekonomian negara lain di Eropa.

Sementara seperti dikatakan kubu oposisi, sejumlah wilayah juga merasa dipinggirkan dan tidak diperhatikan pemerintahan sehingga mereka mengungkapkan kekecewaan dan kemarahannya dengan memilih opsi Brexit.

Tak pelak, Frexit adalah ujian selanjutnya bagi ketahanan Uni Eropa. Andai suara itu bergulir terus dan semakin kuat, serta tak ada mekanisme untuk menahannya, Frexit bisa saja benar-benar menjadi Brexit kedua.

Setelah itu, Jerman sebagai negara dengan perekonomian terkuat di Eropa saat ini, bisa saja terimbas dan bukan mustahil di sana pun akan meggelinding isu Gerxit, Germany Exit.

Tentu, itu hanyalah skenario murung tentang Eropa yang terlalu dramatis dan semoga tidak terjadi. Sebagai catatan, kasus Brexit saja sudah mampu membuat panas dingin. Lantas, kita tak mampu membayangkan akan seperti apa lagi dampakanya jika Frexit dan Gerxit juga menjadi kenyataan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Saeno
Editor : Saeno
Sumber : Antara/Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper