Kabar24.com, LONDON - Pimpinan Partai Buruh Jeremy Corbyn yang merupan partai oposisi menyatakan kemarahan warga Inggris terhadap proses suksesi kepemimpinan menjadi penyebab mereka memilih untuk meninggalkan Uni Eropa.
"Banyak warga di sejumlah wilayah miskin di negeri ini kesal dengan pemangkasan, dengan dislokasi kebijakan ekonomi dan sangat marah karena merasa telah dikhianati dan dipinggirkan oleh pemerintah," ujar Corbyn kepada BBC TV, Jumat (24/6/2016).
Ia menyadari akan adanya konsekuensi pengangguran yang harus dihadapi warga terkait Brexit, dan menjadi tugas pemerintah untuk berupaya meminimalisasinya.
Corbyn menambahkan, pasal 50 perjanjian Uni Eropa telah memberi dasar bagi mereka untuk menawarkan pilihan Inggris keluar dari Uni Eropa.
Selama ini belum ada satu negara pun yang meninggalkan Uni Eropa dan perjanjian UE, yang mengatur tentang bagaimana sebuah negara dapat keluar dari blok ini menawatkan sedikit detil.
Hasil referendum, pukul 07.30 waktu setempat menempatkan suara pendukung Brexit di angka 51,9% dan Brimain 48,1%. Kepastian Inggris meninggalkan Uni Eropa terjadi saat jumlah warga Inggris yang memilih meninggalkan Uni Eropa mencapai 51,8%.
David Cameron kini menghadapi kemungkinan diminta mundur dari jabatan Perdana Menteri Inggris, meski suara yang memintanya untuk tetap bertahan masih juga ada.