Bisnis.com, MANILA - Indonesia, Malaysia, adan Filipina pada Senin (20/6/2016) sepakat untuk membentuk koridor transit untuk kapal komersil yang melintasi zona maritim yang terkena serentetan aksi pembajakan oleh militan Abu Sayyaf di Filipina selatan.
Hampir sekitar 20 kru kapal pandu warga Indonesia dan Malaysia diculik oleh militan Abu Sayyaf tahun ini.
Khawatir akan tingginya frekuensi serangan oleh kelompok militan tersebut, para otoritas pelabuhan di beberapa wilayah Indonesia, khususnya Kalimantan, telah berhenti menerbitkan izin bagi kapal yang membawa batu bara ke wilayah Selatan Filipina.
Indonesia merupakan eksportir batu bara terbesar dan menyuplai 70% impor batu bara Filipina.
“Para menteri setuju untuk mengeksplorasi langkah-langkah selanjutnya, termasuk mengadakan koridor transit di area maritim,” ujar Menteri Pertahanan ketiga negara dalam pernyataan gabungan seperti dikutip dari Reuters, Senin (20/6/2016).
Analis mengatakan muatan kargo senilai US$40 juta kerap melintasi laut Sulu dan Celebes setiap tahun, termasuk super tanker dari Samudra Hindia yang tidak bisa berlayar melalui jalur lain yang lebih ramai.
Ketiga negara juga setuju untuk meningkatkan pengawasan melalui partoli udaran dan perairan di wilayah tersebut. Selain itu kapal komersil yang melintas juga akan dikawal guna menangkis potensi pembajakan, penculikan, dan perampokan.
Menteri Pertahanan Filipina Voltaire Gazmin mengatakan para pemimpin negara setuju untuk bersama-sama melakukan praktik yang dikembangkan oleh Indonesia dan Malaysia yakni upaya patroli bersama seperti yang diterapkan di Selat Malaka untuk menangkis serangan bajak laut.
Kerja sama tersebut akan diadopsi menjadi kerja sama tiga arah bersama dengan Filipina.
Ini merupakan pertemuan pejabat kedua yang dilaksanakan oleh ketiga negara untuk menangkal bertumbuhnya tantangan keamanan regional setelah pertemuan para menteri luar negeri di Jakarta bulan lalu.
Pada 2002, Indonesia, Malaysia dan Filipina yang berbatasan secara maritim menandatangani perjanjian untuk meningkatkan keamanan terkait meningkatnya serangan di perbatasan oleh militan Abu Sayyaf.
Namun, ketiga negara belum membentuk partoli angkatan laut terkoordinasi dimana angkatan laut masing-masing negara akan beroperasi di wilayah mereka sendiri.
Tindakan penculikan yang sudah berlangsung selama 15 tahun membuat militan Abu Sayyaf terkenal dengan pemerasan uang tebusa berjumlah jutaan dolar.