Bisnis.com,MANILA— Seorang mantan menteri luar negeri Filipina dan pakar keamanan Amerika mengatakan presiden terpilih FiIipina Rodrigo Duterte tidak seharusnya mengadakan pembicaraan bilateral tanpa syarat dengan China dalam usaha menyelesaikan sengketa Laut China Selatan.
China mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan yang juga diklaim oleh Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan, dan Brunei.
Filipina telah mengajukan kasus tersebut ke pengadilan Internasional di Den Haag, kendati tidak diakui oleh China yang memilih agar isu tersebut diselesaikan secara bilateral.
Duterte sudah mengatakan bahwa dia tidak akan berperang dengan China dan mungkin akan melaksanakan pembicaraan bilateral.
“Kita harus menunggu keputusan (dari pengadilan) sebelum memulai pembicaraan dengan China karena jika tidak demikian, hakim akan meragukan yang kita lakukan [pengajuan kasus],” kata mantan menteri luar negeri Albert del Rosario seperti dikutip dari Reuters, Selasa (7/6/2016).
Sementara itu, Ernest Bower, kepala US Center for Strategic International Studies untuk Asia Tenggara juga mengingatkan pemerintah Vietnam atas pembicaraan tanpa syarat tersebut.
“Jika China menemukan cara untuk mendapatkan hasil yang positif dalam pembicaraan dengan China untuk melepasakan klaim sembilan titik imajiner dalam sebuah sistem yang terikat hukum, maka silahkan,” katanya.
Namun,dia melanjutkan, jika yang terjadi adalah sebaliknya, Filipina akan kehilangan rasa hormat dari mitranya di Asean dan pastinya Amerika akan sangat dikecewakan..
Manila menyengketakan klaim atas area yang diklaim oleh China dan disebut sembilan titik imajiner yang membentang hingga ke jantung wilayah perairan Asia Tenggara dan termsuk ribuan pulau dan karang yang disengketakan.
Sebelumnya, pada hari yang sama, China mengatakan Amerika harus memainkan peran konstruktif dalam menjaga perdamaian di Laut China Selatan.