Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Tuduh Filipina Berusaha Meniadakan Kedaulatannya

Menjelang diadakannya pertemuan keamanan terbesar di Asia, China pada Jumat (3/6/2016) menuduh Filipina berusaha untuk menghilangkan kedaulatannya di Laut China Selatan
Foto aerial dari pesawat militer Filipina memperlihatkan bagaimana China melakukan reklamasi di pulau karang di kawasan Kepulauan Spratly di Laut China Selatan yang letaknya berada di sebelah Barat Palawan, Filipina (11/5/2015)./Reuters- Ritchie B. Tongo
Foto aerial dari pesawat militer Filipina memperlihatkan bagaimana China melakukan reklamasi di pulau karang di kawasan Kepulauan Spratly di Laut China Selatan yang letaknya berada di sebelah Barat Palawan, Filipina (11/5/2015)./Reuters- Ritchie B. Tongo

Kabar24.com, BEIJING - Menjelang diadakannya pertemuan keamanan terbesar di Asia, China pada Jumat (3/6/2016) menuduh Filipina berusaha untuk menghilangkan kedaulatannya di Laut China Selatan dengan mendeskripsikan Pulau Taiping sebagai karang dan bukan sebuah pulau, dalam sebuah sidang di pengadilan territorial di Manila.

Ketegangan yang memuncak di Laut China Selatan sepertinya akan mendominasi pembahasan Shangri-La Dialogue (SLD) yang dimulai pada Jumat.

Beijing menolak untuk mengakui kasus yang diajukan oleh Filipina ke Pengadilan Tetap Arbitrase di Den Haag atas klaim territorial di Laut China Selatan dan mengatakan sengketa tersebut harus diselesaikan melalui perundingan bilateral.

Manila menantang legalitas klaim China atas daerah tersebut dengan menyatakan bahwa tidak ada massa tanah di kepulauan Spratly, termasuk di Itu Aba yang dikenal sebagai Taping Island di China, yang memungkinkan wilayah tersebut dapat dianggap sebagai pulau yang mendukung kehidupan secara legal.

Hal ini berarti China tidak dapat memegang hak untuk zona ekonomi eksklusif seluas 200 mil laut.

“Upaya Filipina untuk mendefinisikan Pulau Taping sebagai karang menunjukkan tujuannya untuk meniadakan kedaulatan China dah hak terkait Kepulauan Spratly,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying seperti dikutip dari Reuters, Jumat (3/6/2016).

Dia melanjutkan bahwa hal ini merupakan pelanggaran hukum dan tidak bisa diterima.

Secara historis, China mengatakan bahwa nelayannya telah hidup di Itu Aba sepanjang tahun dan memancing, menggali sumur, membudidayakan tanaman, serta membangun sejumlah  gedung di sana yang membuktikan bahwa manusia bisa bertahan hidup di pulau tersebut. Hal ini juga menunjukkan adanya aktifitas ekonomi.

Sejauh ini, Itu Aba berada di bawah kendali Taiwan yang dipercaya sejumlah analis memiliki klaim terkuat atas status dan zona ekonomi di pulau tersebut. Tahun lalu, Taiwan menyelesaikan pengembangan pelabuhan senilai US$100 juta yang dilengkapi dengan lapangan terbang, rumah sakit, dan persediaan air bersih

Sementara itu, China yang mengklaim kedaulatannya atas Taiwan terlihat tak terusik oleh meningkatnya aktivitas Taiwan di Itu Aba. Hal ini diduga karena pulau itu akan menjadi milik China jika bisa mengambil alih Taiwan.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper