Kabar24.com, JAKARTA - Generasi milenial, yakni mereka yang lahir pada 1981-1994, sepertinya tidak akan pernah merasakan bagaimana senangnya bersama anak-anak mereka atau sekadar membacakan cerita bagi sang buah hati.
Mereka diprediksi akan tenggelam dalam pekerjaan bahkan hingga maut datang tanpa mengetuk pintu dan minta izin.
Seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (26/5/2016) sekitar 12% penduduk Amerika berusia 20 hingga 30 tahun sepertinya akan menghabiskan sisa waktunya untuk bekerja hingga ajal menjemput.
Sementara itu, jumlah pekerja yang memiliki pemikiran yang sama masing-masing di Amerika dan Inggris berjumlah 12%.
Di sisi lain, hanya 3% responden dari Spanyol yang merasa akan menghabiskan hidupnya dengan bekerja. Riset ini melibatkan 19.000 pekerja generasi millennium dari 25 negara di dunia..
Berbagai isu di Jepang mendorong para generasi milenial untuk bekerja hingga titik darah penghabisan.
“Di Jepang, berbagai perubahan telah menimbulkan beragam ketidakpastian bagi para generasi milenial,” ujar Mireya Solis, Ketua Philip Knight dalam penelitian di Jepang.
Walau begitu, waktu kerja di Jepang yang mencapai 42 jam per minggu ternyata tidak lebih tinggi dari jam kerja di India yang mencapai 52 jam per minggu dan rata-rata 48 jam di Mexico, China dan Singapura. Sementara itu, generasi muda New York bekerja selama 45 jam per minggu.
Survei itu juga menyebutkan hanya 3% generasi milenial Amerika yang bisa melakukan pekerjaan lepas seperti menjadi pengendara Uber yang memungkinkan mereka memiliki pendapatan tambahan.
Sementara itu, Berdasarkan undang-undang ketenagakerjaan Indonesia seperti dikutip dari situs www.ilo.org, UU No.13/2003 pasal 77 ayat 2, waktu kerja dibatasi pada 40 jam per minggu dengan ketentuan tujuh jam perhari untuk tujuh hari kerja per minggu dan delapan jam perhari untuk hari kerja lima hari per minggu.
Namun, pada ayat 3 dijelaskan bahwa pengaturan waktu kerja tersebut tidak berlaku untuk sektor bisnis tertentu.