Kabar24.com,KATHMANDU/NEW DELHI— Ketidaksiapan pendaki, ‘basahnya’ bisnis pendakian dan kompetisi sesama pebisnis di Nepal diduga menjadi penyebab tingginya angka kematian pendaki di gunung dengan puncak tertinggi dunia, Mount Everest.
“Para pendaki tidak hati-hati dan tidak mengenali batas kemampuan mereka sendiri, Mereka juga kurang persiapan,” ujar Ratnesh Pandey (30 tahun), warga India yang baru saja mendaki puncak Everest pad Sabtu, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (25/5/2016).
Dia mengatakan suhu di dekat puncak turun drastis ke minus 30 derajat Celcius sementara angin kencang menutup banyak jendela cuaca di bagian hulu dan membuat pendakian tahun ini menjadi sulit.
Dari perspektif teknis, mendaki Everest sebenarnya jauh dari kata pendakian paling berbahaya di dunia. Ahli Gunung Alan Arnette mengestimasi angka kematian seharusnya hanya berkisar di 3% dari jumlah usaha pendakian yang dilakukan.
Namun, belakangan ini para pendaki yang kurang terampil juga ikut tertarik untuk menaklukkan puncak tertinggi di dunia yang ada di setiap benua. Mereka seringkali lupa mengenai betapa jauh dan lebih sulitnya mendaki Everest dibandingkan enam puncak tertinggi lainnya..
Selain masalah meningkatnya animo pendaki yang tidak berpengalaman, kompetisi antar pemain bisnis lokal ditengah meledaknya tren pendakian Everest juga menjadi alasan lain. Persaingan bisnis ini telah merusak standar keselamatan yang seharusnya dijaga ketat.
Beberapa perusahaan hanya mengenakan biaya US$30.000 untuk sekali pendakian atau bahkan separuhnya. Mereka kerap membawa pendaki yang belum berpengalaman ke puncak gunung dengan dipandu oleh pemandu yang belum dilatih secara medis.
“Banyak perusahaan yang menawarkan layanan pemandu untuk mendaki Everest. Namun, karena hanya ada sedikit pemandu yang berkualaifikasi internasional, perusahaan-perusahaan tersebut mempekerjakan pemandu yang tidak terampil,” kata pendaki veteran Andrew Lock, warga Australia pertama yang memimpin ekspedisi komersil ke puncak Everest.
Pendakian merupakan bisnis besar di Nepal yang menghasilkan US$3.1 juta penghasilan pemerintah dari 289 biaya izin mendaki Everest tahun ini.