Bisnis.com, PARIS - Demonstrasi menentang rancangan undang-undang reformasi buruh di Prancis berujung ricuh pada Sabtu (9/4/2016) atau Minggu (11/4/2016) WIB dengan setidaknya tujuh aparat kepolisian terluka dan 17 orang ditahan di Paris dan Rennes, yang menjadi lokasi bentrokan paling parah.
Menyusul adanya perubahan untuk melonggarkan ketentuan itu, pergerakan demonstrasi yang meluas itu menurun dari puncaknya yang terjadi pada 31 Maret lalu, dengan perkiraan massa yang turun ke jalan sebanyak 390.000 hingga 1,2 juta orang. Dan diperkirakan Presiden Francois Hollande akan mampu mengatasi itu.
Meskipun demikian, sekitar 120.000 orang yang ikut ambil bagian dalam demonstrasi enam hari di negara itu pada Sabtu, menurut kementerian dalam negeri.
Pihak kepolisian berbentrok dengan sekelompok militan bertopeng yang melemparkan sejumlah benda di Paris, kejadian yang sama dapat dilihat di Rennes dan Nantes.
Kepala kepolisian Paris, Michel Cadot mengatakan para aparatnya telah menghadapi "300 hingga 400 orang ekstremis" sebelum demonstrasi di ibu kota yang diadakan oleh perserikatan itu terjadi.
Rencana undang-undang perburuhan itu mencoba untuk memberlakukan fleksibilitas jam kerja yang lebih besar dan kendali terhadap tantangan pengadilan buruh dan pemberian upah kerja.
Setelah dibahas selama beberapa waktu dalam sebuah komite parlemen, Perdana Menteri Manuel Valls diperkirakan akan mengajukan perubahan lebih pada Senin menyusul adanya pertemuan dengan para pemimpin kalangan pelajar di kantor Matignon dimana dia bekerja.
Demonstrasi publik itu telah memberikan permasalahan tambahan terhadap Hollande, yang tingkat kepopulerannya berada di tingkat yang terendah dalam sejarah tiap presiden yang menjabat di era Prancis modern.
Perbedaan pendapat di pemerintahan sosialisnya pada minggu lalu memaksa Hollande menyingkirkan rencana untuk mencabut kewarganegaan Prancis dari mereka yang didakwa dengan dakwaan terkait terorisme, sebuah penurunan dari sikapnya yang kuat sejak serangan yang terjadi pada November lalu.
Dan yang menjadi tantangan tambahannya terhadap kesempatan terpilihnya kembali dirinya dalam pemilihan umum 2017, dewan nasional partainya mengumumkan pada Sabtu bahwa mereka akan mendukung sebuah kontes primer untuk memilih satu orang kandidat presiden yang potensial, sebuah prospek yang diperkirakan akan memberikan semangat kepada para penantang potensial dari pihak sosialis yang potensial.
Ibu kota itu juga menjadi tempat terjadinya demonstrasi malam hari dari gerakan "Nuit Debout" atau yang berarti "Bangun sepanjang malam". Yang dimulai pada awal demonstrasi 31 Maret lalu dan sejak saat itu mereka mengadakan pertemuan tiap sore hari di Place de la Republique, sambil membentuk stasiun radio online dan dapur umum mereka.