Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mentan: Petani Rugi Rp720 M Akibat Sindikat Pengedar Pupuk Ilegal

Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan petani Indonesia mengalami kerugian sekitar Rp 720 miliar pada periode 2007 hingga sekarang akibat adanya sindikat produsen dan pengedar pupuk illegal. Menurut dia, hal itu juga disebabkan sangat murahnya pupuk palsu dibandingkan dengan yang asli.
Petugas kepolisian memeriksa tumpukan karung pupuk NPK Phonska, di Pasar Baru, Kendari, Sulawesi Tenggara, Kamis (26/3/2015)./Antara-Ekho Ardiyanto
Petugas kepolisian memeriksa tumpukan karung pupuk NPK Phonska, di Pasar Baru, Kendari, Sulawesi Tenggara, Kamis (26/3/2015)./Antara-Ekho Ardiyanto

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan petani Indonesia mengalami kerugian sekitar Rp 720 miliar pada periode 2007 hingga sekarang akibat adanya sindikat produsen dan pengedar pupuk ilegal. Hal itu juga disebabkan sangat murahnya pupuk palsu dibandingkan dengan yang asli.

Untuk pupuk bersubsidi harganya sekitar Rp 2.300 per kilogram. Sedangkan pupuk palsu hanya Rp 800 per kilogram. Menurut Amran, pupuk palsu tersebut tidak mengandung nitrogen, fosfat, dan kalium. "Hanya kapur, garam, dan pewarna yang dicampur," kata Amran di Pelabuhan Tanjung Priok, Jumat (8/4/2016).

Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resort Pelabuhan Tanjung Priok mengungkap sindikat produsen dan distributor pupuk palsu. Empat tersangka pun kini ditahan di Polres Pelabuhan sejak 4 April lalu. Mereka adalah ES, 54 tahun, S (42), MH (39), dan IS (54).

Amran mengatakan kemungkinan masih banyak jaringan pengedar pupuk palsu ini. "Kami harap semua dibongkar," ucapnya.

Direktur Utama Pupuk Indonesia Aas Asikin Idat meminta para petani berhati-hati karena kemasan pupuk palsu sangat sama dengan yang asli. Sebagai contoh, pupuk merk Ponskha yang dijual tersangka, merk aslinya bertuliskan, Pupuk NPK Phonska.

"Jangan tertipu dengan lambang-lambang yang dikeluarkan menyerupai merk asli," kata Aas. Menurut dia, pupuk palsu tidak mengandung urea dan fosfor. "Sangat berbahaya untuk petani ketika menanam."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : tempo.co
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper