Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sebut AS Resesi, Pakar Pertanyakan Prediksi Donald Trump

Para ekonom mempertanyakan dasar perhitungan Donald Trump yang memprediksi bahwa ekonomi Amerika Serikat (AS) berada di ambang resesi besar-besaran .
Donald Trump/Reuters
Donald Trump/Reuters

 Kabar24.com, WASHINGTON - Para ekonom mempertanyakan dasar perhitungan Donald Trump yang memprediksi bahwa ekonomi Amerika Serikat (AS) berada di ambang resesi besar-besaran .

Dalam wawancara dengan Washington Post, Minggu (3/4/2016), miliuner itu mengatakan, perpaduan angka pengangguran tinggi dan saham overvalued memungkinkan terjadinya kemerosotan ekonomi.

Dikatakan, bahwa rasio angka pengangguran mencapai 20%.

 “Tak benar bahwa kita akan mengalami resesi baik dalam skala besar atau kecil dan tingkat pengangguran bukanlah 20%,” ujar Harm Bandholz, Kepala Ekonom Amerika Serikat dari UniCredit Research di New York, seperti dikutip dari Reuters, Senin (4/4/2016).

Berdasarkan statistik pemerintah, angka pengangguran resmi menurun 5% dari angka tertinggi sebesar 10% pada Oktober 2009. Namun, dalam skala penganguran lebih luas yang memperhitungkan para pencari kerja yang menyerah dan memilih bekerja sebagai pegawai paruh waktu, tingkat pengangguran mencapai 9,8%.

Setelah kampanye yang cukup berat, komentar trump yang dirilis Washington Post tentang ekonomi dan pasar keuangan mungkin merupakan yang paling ceroboh.

“Kita sedang menghadapi economic bubble,” ujarnya.

Berbeda Pendapat

Beberapa ekonom setuju bahwa pasar saham berada dalam fase overvalued. Namun, mereka tidak melihat hal ini dapat menyebabkan kemerosotan ekonomi.

“Tidak ada yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi di pasar saham. Saya tidak melihat bahwa pasar saham akan crash, dan saya juga tidak melihat adanya resesi. Tidak ada alasan untuk resesi kecuali, jika pasar ditimpa masalah besar, atau jika terjadi bencana skala global di luar lingkup ekonomi,” ujar Rajeev Dhawan, Direktur the Economic Forecasting Center at Georgia State University

Sung Won Sohn, profesor di bidang ekonomi dari California State University Channel Island di Camarilo mengatakan, kemungkinan terjadi resesi hanya sebesar 10%.

 “Kalaupun ini terjadi, alasanya pasti karena hal-hal yang terjadi di luar negeri terutama di Cina dan Eropa,” katanya.

Joe Naroff, Kepala Ekonom Naroff Economic Advisors di Pennsylvania mengatakan, satu-satunya hal yang akan memicu resesi adalah krisis keuangan total.

 “Kita bisa bertahan menghadapi perlambatan pertumbuhan di Eropa, dan kita juga menghadapi perlambatan yang terjadi di China, karena kita masih cukup solid untuk bisa menghadapi pelemahan-pelemahan yang timbul di berbagai belahan negara lain.”

 

 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper