Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Kaltim Tren Menurun

Provinsi Kalimantan Timur kembali harus menelan pil pahit dengan turunnya nilai ekspor sepanjang 2015.
 Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, SAMARINDA - Provinsi Kalimantan Timurkembali harus menelan pil pahit dengan turunnya nilai ekspor sepanjang 2015.

Masih melesunya perekonomian global dan lemahnya harga migas serta batubara berdampak pada penurunan kinerja ekspor Kaltim yang sebagian besar mengandalkan sumber daya alam.

Pertambangan merupakan komoditas andalan yang belum dapat digantikan oleh komoditas lainnya.

Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Provinsi Kaltim Elvina mengatakan sepanjang tahun 2015, nilai ekspor di Kaltim merosot sebesar 30,44% menjadi US$18,3 miliar dari tahun sebelumnya yang mencapai US$26,35 miliar.

"Penurunan ini memang seperti tahun-tahun sebelumnya. Salah satunya gejolak ekonomi dunia dan harga migas serta batubara yang masih melemah," ujarnya kepada Bisnis.com.

Apabila dirinci, ekspor migas Kaltim pada 2015 mencapai US$6,3 miliar atau anjlok sebesar 41,1% dari tahun sebelumnya yang senilai US$10,86 miliar.

Untuk ekspor non migas tercatat senilai US$11,94 miliar, menurun sebesar 22,9% dari tahun 2014 yang mencapai US$15,49 miliar.

Elvina menuturkan penurunan nilai ekspor Kaltim sepanjang 2015 dikarenakan tersebut juga disebabkan rendahnya permintaan ekspor pertambangan yakni komoditi batubara dari negara China.

"Pasar buyer negara tujuan ekspor Kaltim untuk batubara ini yakni China sangat lemah," katanya.

Dia menilai menurunnya permintaan komoditi batubara di negeri Tirai Bambu tersebut karena adanya kebijakan pemerintah China untuk menggunakan energi yang ramah lingkungan.

Selain itu, negara China yang berpindah membeli komoditi batubara kepada negara Australia. Pasalnya, kualitas batubara dari negara Australia lebih bagus dibandingkan dari negara Indonesia.

"Kualitas batubara kita memang sudah tidak sebagus saat awal kejayaan dulu. China lebih memilih batubara dari Australia yang kualitasnya lebih bagus dari kita. Yang ketiga, turunnya permintaan batubara ini karena China membuka cadangan tambang batubara di negara mereka sendiri. Itu yang menyebabkan permintaan rendah," terang Elvina.

Komoditi pertambangan sendiri memiliki share sebesar 86,10% dari total nilai ekspor Kaltim. Disusul komoditi hasil industri kimia yang memiliki share 5,69%, hasil kayu olahan dengan share 3,63%, hasil pertanian dan perkebunan yang sharenya sebesar 2,95% dari total nilai ekspor.

"Sisa share nilai ekspor Kaltim dipegang komoditi hasil perikanan dan kelautan, hasil hutan ikutan, hasil industri logam, dan lain-lainnya," ucapnya.

Sementara itu, untuk nilai impor Kaltim sepanjang 2015 juga turut mengalami kontraksi sebesar 34,61% dari US$8,4 miliar menjadi US$5,5 miliar.

Menurutnya, penurunan nilai impor ini sejalan dengan penurunan nilai ekspor Kaltim.

Hal itu disebabkan mayoritas impor Kaltim merupakan produk pendukung produksi barang-barang ekspor.

"Analisa kami, selama ini penurunan ekspor ini diiringi dengan impor karena impor dari Kaltim mayoritas impor produk pendukung produksi barang ekspor, misalnya mesin peralatan untuk proses produksi," ujar Elvina.

Untuk diketahui, neraca perdagangan Kaltim pada 2015 mengalami surplus senilai US$12,78 miliar. Surplus ini tentunya mengecil dibandingkan tahun 2014 yang senilai US$17,25 miliar dan mencapai US$21,44 miliar pada 2013.

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Provinsi Kaltim Ichwansyah mengakui kondisi perekonomian global yang tengah melesu ditambah lagi masih lemahnya harga migas dan batubara menjadi penyebab turunnya nilai ekspor Bumi Etam.

"Memang situasi perdagangan ini tengah lesu, harga migas dan batubara yang masih rendah dan situasi global belum pulih," katanya.

Dia berpendapat untuk dapat meningkatkan ekspor Kaltim sendiri, para pengusaha diminta lebih kreatif dalam penciptaan produk yang dapat bersaing di pasar internasional.

"Ekspor bahan mentah sudah tidak dianjurkan, kami kurangi dan berupaya untuk kembangkan hilirisasi sehingya ekspornya bukan lagi bahan mentah tetapi bahan jadi maupun setengah jadi," tutur Ichwansyah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yanita Petriella
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper