Kabar24.com, JAKARTA - Seorang wali kota di Afrika Selatan memberi beasiswa kepada 16 remaja wanita yang terbukti masih perawan.
Ini dilakukan untuk mendorong gadis-gadis lainnya agar tetap suci dan fokus pada pendidikan.
Hadiah tersebut mulai diberikan tahun ini oleh Dudu Mazibuko, seorang wali kota wanita di distrik Uthukela di wilayah timur Provinsi KwaZulu-Natal.
Setiap tahun, kantor wali kota selalu memberi beasiswa kepada lebih dari 100 pelajar SMA dan mahasiswa di wilayah tersebut.
Para pelajar wanita yang mengajukan permohonan beasiswa tersebut diwajibkan menjaga keperawanan mereka dan harus menjalani tes keperawanan secara regular untuk bisa terus menerima beasiswa. Demikian diungkapkan Mazibuko kepada stasiun radio 702.
“Kami hanya bisa mengucapkan terima kasih karena kalian telah menjaga diri dan bisa tetap menjaga diri kalian selama tiga tahun ke depan hingga kalian meraih ijazah atau gelar sarjana,” katanya.
“Beasiswa ini akan diperpanjang selama pelajar, yang bersangkutan, bisa menunjukkan sertifikat yang membuktikan dirinya masih perawan,” ujarnya.
Sang wali kota melanjutkan, beasiswa tersebut khusus diperuntukkan bagi para remaja wanita, karena mereka lebih rentan terhadap eksploitasi, kehamilan muda, dan penyakit menular seksual.
Kehamilan
Departemen Pendidikan Dasar Afrika Selatan mencatat, sekitar 20 ribu kasus kehamilan remaja wanita dan pelajar di sekolah pada 2014, yang 223 kasus di antaranya berlaku bagi anak-anak Sekolah Dasar. Demikian diberitakan Perusahaan Penyiaran Afrika Selatan.
Sebuah survei yang dilakukan Statistics South Africa menemukan 5,6 persen wanita Afrika Selatan berusia 14 hingga 19 tahun sudah mengalami kehamilan pada 2013.
Meski begitu, kelompok yang mengkampanyekan persamaan mengkritik beasiswa yang bisa menimbulkan pesan kontraproduktif.
Mfanozelwe Shozi, Ketua Komisi Persamaan Gender, mengatakan: “Saya pikir niat dari sang wali kota sudah bagus, tapi kami tak setuju karena hal itu seperti bertaruh keperawanan.
“Ada masalah seputar diskriminasi dalam kaitannya dengan kehamilan, keperawanan, dan bahkan terhadap remaja pria. Ini sudah keterlaluan.”
Tes keperawanan tak bertentangan dengan undang-undang Afrika Selatan, tapi penting untuk melakukannya secara sukarela, kata Shozi.
Sejumlah aktivis bahkan menyerukan penghapusan tes keperawanan di Afrika Selatan dengan menuding praktik itu sebagai seksisme.
Di pihak lain, mereka yang mendukung tes keperawanan menegaskan, hal itu diterapkan untuk menjaga tradisi dan telah dimodernisasi untuk mengajarkan para gadis mengenai kesehatan reproduksi serta HIV dan AIDS.