Bisnis.com, JAKARTA – Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa terbaru mengestimasi sedikitnya 3.500 masyarakat sipil Irak mengalami perbudakan oleh militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Kelompok militan tersebut diduga melakukan pelanggaran yang lebih luas, seperti menambah kejahatan perang, kriminalisasi terhadap kemanusian, dan kemungkinan melakukan genosida.
"Sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, terutama dari masyarakat Yazidi, tapi tidak sedikit yang juga dari etnis minoritas dan agama lainnya," kata laporan bersama yang dikeluarkan di Jenewa, seperti dikutip Reuters, Selasa (19/1/2016).
Lebih rinci, eksekusi yang dilakukan ISIS terhadap warga Irak adalah penembakan, pemenggalan, penggilasan menggunakan traktor, pembakaran hidup-hidup, dan melemparkan orang dari atas bangunan.
Laporan tersebut juga menyatakan mengenai pembunuhan tentara anak-anak, saat ini telah terverifikasi antara 800-900 anak-anak di Mosul dipaksa ikut militer serta pelatihan religi.
Zeid Ra’ad Al Hussein, Chief of Human Rights PBB mengatakan hal tersebut secara akurat menujukkan betapa menderitanya masyarakat sipil di Irak.
“Statistik tersebut baru menunjukkan masyarakat yang tewas karena kekerasan terbuka, tetapi banyak orang pula yang meninggal karena kurangnya akses mendapatkan makanan, air, dan perawatan medis,” ujarnya.
Dia menambahkan laporan tersebut menjadi nyata dengan situasi pengungsi yang berupaya melarikan diri ke Eropa dan negara lainnya, untuk mencari perlindungan.
Sebelumnya, ISIS diperkirakan menyandera sedikitnya 400 orang dan membunuh 300 orang di salah satu distrik di Suriah belum lama ini. Seperti diketahui, Suriah merupakan basis dari militant tersebut beroperasi.