Kabar24.com, JAKARTA -- Tahun 2015 dapat dikatakan sebagai awal reformasi Ujian Nasional (UN). Dimana UN tidak lagi menjadi momok yang menakutkan dan tidak lagi menjadi penentu kelulusan.
"Selama sepuluh tahun terakhir siswa kita dilanda ketakutan akan UN. Dulu kelulusan kita sendiri yang tentukan. Saat ini yang tentukan kelulusan sekolah," ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam acara kilas balik setahun kinerja Kemendikbud, Jakarta, Rabu (30/12/2015).
Penyelenggaraan UN tahun ini, kata Anies, telah dilaksanakan di 81.261 sekolah yang terdiri dari 52.165 SMP dengan 4.123.667 peserta dan 17.377 SMA dengan 1.661.832 peserta serta 11.722 SMK dengan 1.237.452 peserta.
Dalam pelaksanaan UN tahun ini, lanjut Anies, dikenalkan soal-soal higher order thinking skill (HOTS) antara 5-10%. Selain itu, dalam pelaksanaannya dilakukan rintisan UN berbasis komputer (UNBK) yang diikuti oleh 554 sekolah dengan 167.404 peserta di 24 provinsi.
"Pelaporan UN juga mengalami reformasi dengan menyiapkan Sertifikat Hasil UN (SHUN) sebagai laporan pada siswa dan orang tua sebanyak 7,2 juta peserta UN.
Untuk mendorong kejujuran dalam UN, Kemendikbud juga melahirkan Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN).
"Hasil IIUN ini menunjukkan integritas siswa. Jadi kalau yang dulu siswa yang membocorkan kecurangan dihukum sosial, sekarang justru negara yang memaparkan kecurangan," ungkap mantan Rektor Universitas Paramadina ini.
Sebagai tindak lanjut IIUN ini, Kemendikbud juga mengapresiasi 503 sekolah dengan IIUN tertinggi dan konsistensi selama enam tahun berturut-turut.
"Dalam SHUN tidak hanya dilaporkan capaian per mata pelajaran yang diujikan tapi juga level kompetensi siswa profil capaian sub-kompetensi siswa," terangnya.