Bisnis.com, MANADO--Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Sulawesi Utara memprediksi pertumbuhan penjualan ritel berada di kisaran 20% sepanjang tahun ini akibat adanya lonjakan pada Desember 2015.
Menjelang Natal dan Tahun Baru, Sekretaris Aprindo Sulut Robert Najoan meyakini lonjakan penjualan hingga 40% sehingga dapat menambal kinerja peritel pada 11 bulan belakangan.
Apalagi, dirinya mengungkapkan periode natal dan tahun baru berlangsung bersamaan dengan pesta demokrasi yakni pilkada serentak di Sulut.
“Masyarakat Manado cukup konsumtif, apalagi saat menyambut Natal dan Tahun Baru. Tetapi, dalam keadaan saat ini, saya rasa lonjakannya tidak akan setinggi tahun lalu,” katanya kepada Bisnis.com, Jumat (11/12/2015).
Jika merujuk tren sebelumnya, musim pilkada, natal, dan tahun baru selalu berpptensi mendongkrak pertumbuhan ritel sekitar 10%-20%. Kendati demikian, dirinya memperkirakan pertumbuhan tidak akan signifikan karena situasi ekonomi masih belum stabil.
“Biasanya produk pakaian mengalami kenaikan penjualan. Untuk saat ini, permintaan yang paling melonjak adalah produk makanan,” katanya.
Pada tahun depan, dirinya optimistis pertumbuhan ritel bakal melebihi angka 20% karena Sulut telah memilih pemimpinnya, dan bertambahnya pasokan listrik dari PT PLN (Persero).
Pasalnya, kondisi defisit listrik di Sulut diakuinya cukup menggerus margin penjualan ritel karena frekuensi pemadaman listrik berkisar dua jam sampai empat jam dalam sehari.
“Untuk peritel kecil, pemadaman listrik mungkin tidak terlalu berpengaruh. Sebaliknya, bagi industri peritel besar pengaruhnya sangat besar karena listrik merupakan salah satu layanan,”ucapnya.
Kendati demikian, industri peritel masih harus menghadapi kenaikan upah minimum regional (UMR) Sulut dan belum adanya peraturan daerah terkait zonasi industri ritel moderen.
“Dengan meningkatnya UMP Sulut, maka kami harus meningkatkan kapasitas usaha, salah satunya dengan ekspansi. Tetapi, seiring dengan pelambatan ekonomi, peluang itu semakin kecil,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, UMP Sulut 2016 mengalami kenaikan hingga 11,6% menjadi Rp2,4 juta dan hal tersebut disebutnya merupakan tantangan bagi dunia usaha.
Tak hanya itu, Robert mengungkapkan kenaikan UMP seharusnya juga diikuti dengan kenaikan produktifitas pekerja, sedangkan etos pekerja lokal masih sangat jauh dibandingkan tenaga kerja pendatang.