Bisnis.com, MOSKWA - Presiden Rusia Vladimir Putin, yang berbicara dua pekan setelah Ankara menjatuhkan sebuah pesawat tempur Rusia di Suriah, pada Jumat (11/12/2015) memerintahkan pasukannya untuk mengambil tindakan keras terhadap setiap ancaman.
"Saya perintahkan Anda untuk mengambil tindakan sekeras mungkin. Tiap sasaran yang mengancam kelompok Rusia atau infrastruktur tanah kita hendaknya dihancurkan segera. Saya ingin peringatkan mereka yang akan sekali lagi mencoba melakukan provokasi terhadap tentara kami," katanya kepada peserta pertemuan pertahanan dalam pidato yang disiarkan televisi.
Peringatan Putin tesebut sepertinya juga merupakan ancaman yang ditujukan kepada Ankara. Bulan lalu, Turki menembak sebuah pesawat Rusia di perbatasan dengan Suriah, dengan menyatakan bahwa jet itu melanggar ruang udara Turki.
Setelah jet itu jatuh dan seorang pilotnya serta seorang prajurit yang berusaha menyelamatkannya tewas, Rusia memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Turki dan memperkuat kemampuan serang di pangakalan udaranya di Suriah.
Seruan Putin bagi respons militer yang lebih keras juga tampaknya menyebabkan kecemasan di antara para pemantau yang berulang-ulang menuduh Rusia melakukan kampanye pengeboman tanpa pandang bulu dan membunuh warga sipil di Suriah.
Rusia telah melakukan serangan-serangan udara di negara yang dilanda perang itu atas permintaan Presiden Bashar al-Assad sejak akhir September, sementara sebuah koalisi pimpinan Amerika Serikat melakukan kampanyenya dengan menyasar para anggota kelompok negara Islam.
Awal pekan ini Rusia menyatakan pihaknya menghantam sasaran-sasaran ISIS dengan peluru-peluru kendali yang ditembakkan dari sebuah kapal selam di Mediterania untuk pertama kali sejak melancarkan kampanye itu pada 30 September.
Putin menolak klaim-kalim bahwa Rusia menggunakan kampanye Suriah, yang juga menggunakan rudal dari kapal-kapal selam di Laut Kaspia, untuk mempertontonkan senjata-senjata topnya kepada Barat.
"Aksi-kasi kami di sana bukan didorong kepentingan geopolitik abstrak yang tak jelas, juga bukan didorong oleh hasrat untuk mempraktekkan dan menguji sistem persenjataan baru yang tentu saja penting. Hal paling penting bukan ini. Yang paling penting ialah mencegah ancaman terhadap Rusia sendiri," ucapnya.
Menteri Pertahanan Sergei Shoigu mengatakan para anggota ISIS sekarang menguasai 70% wilayah Suriah dengan jumlah personel mereka sekitar 60.000.