Bisnis.com, JAKARTA - Center of Social Excellence (CSE) menggelar pelatihan Social Specialist dalam Pengelolaan SDA yang Bertanggung Jawab sebagai ajang belajar bersama, bertukar pikiran, pengalaman, dan kolaborasi dalam mengatasi konflik agraria.
Kegiatan tersebut berlangsung selama 6-16 Desember 2015, dan diikuti oleh 25 peserta terpilih yang berasal dari latar belakang pemangku kepentingan yang berbeda-beda.
Senior Management Team The Forest Trust (TFT), lembaga penginisiasi CSE,Agung Wiyono mengatakan tenaga ahli sosialis semakin dibutuhkan. Hal ini terutama karena konflik lahan di Indonesia, maupun di luar negeri, merupakan hal yang masif dan kompleks.
"Konflik yang timbul sebenarnya berasal dari anak-anak bangsa sendiri. Berangkat dari hal itu, sebenarnya benang kusut tersebut bisa dilanggengkan dan ada titik temu," ujarnya dalam siaran pers, Senin (7/12/2015).
Pelatihanyang berlangsung di Disaster Oasis, Yogyakarta tersebutakan mengajakpesertake sejumlah lokasi terjadinya konflik lahan, antara lain di Urut Sewu, Kebumen, Jawa Tengah; Kali Biru, Kulon Progo, Yogyakarta; Gua Pindul, Gunung Kidul, Yogyakarta; Gadingan (Apartemen M-Icon), Yogyakarta.
Pelatihan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang berbagai kerangka kerja, pendekatan, prinsip, dan nilai dalam pengelolaan sumber daya alam yang bertanggung jawab.
Menurut Agung, para peserta pelatihan selama 10 hari tersebut diproyeksikan menjadisocial specialistyang tahu bagaimana cara mengatasi konflik dalam pengelolaan SDA.
Salah satu peserta pelatihan angkatan I, Peneliti Kus Antono, mengatakan mendapatkan perspektif baru selama mengikuti pelatihan. Selama ini, kepentingan-kepentingan manusia yang ada di sekitar konflik lahan selalu terpinggirkan.
"Melalui pembelajaran bersama peserta dari berbagai latar belakang, saya lebih memahami bagaimana memanusiakan manusia," ujarnya. Model pembelajaran yang akan diberikan pada pelatihan ini berdasarkan pembelajaran pengalaman dan bertukar pikiran.
Ke-25 peserta berasal dari perusahaan seperti PT Wilmar International; Sinar Mas Forestry; SMART, Tbk; wakil dari pemerintahan yaitu Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Meranti, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, Walhi, COP, Sawit Watch, Satu Nama, Yayasan Para Perintis, Koalisi Peduli Hutan Aceh, dan akademisi dari Universitas Parahyangan, Bandung.
Pembelajaran yang melalui pendekatan kolaboratif dan partisipatif ini diharapkan berkontribusi untuk melahirkansocial specialistyang bertanggung jawab pada resolusi konflik, bertanggung jawab pada sistem manajemen, serta lebih sensitif dan kritis.
CSE telah sukses mengadakan belajar bersama untuk angkatan I pada 7-16 September 2015. Kegiatan lapangan berada di beberapa tempat di Yogyakarta seperti di Karangwuni, Sleman (pembangunan Apartemen Uttara), Watukodok, Gunung Kidul (penggusuran masyarakat), dan Jurang Jero, Taman Nasional Gunung Merapi (resolusi konflik).
CSE mendukung pembentukan jaringan Social Specialistterlatih untuk resolusi konflik dan membangun sinergi antara perusahaan, komunitas, NGO, dan kelompok-kelompok yang bertanggung jawab mengatur sumber daya alam di Indonesia.