Kabar24.com, JAKARTA – Kabut asap terjadi di wilayah Sumatera dan Kalimantan setiap tahunnya. Namun, hingga saat ini belum ada mitigasi bencana darurat asap, khususnya di sekolah.
Perlunya mitigasi penganganan bencana di sekolah dikarenakan anak usia sekolah merupakan kelompok paling rentan dan merupakan prioritas utama dalam penanganan bencana.
"Yang ada saat ini baru mitigasi bencana gempa dan erupsi gunung, seperti yang ada di beberapa sekolah di Yogyakarta," terang Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hamid Muhammad, di kantor Kemendikbud, Kamis (15/10/2015).
Terkait hal tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan menyusun mitigasi bencana asap untuk sekolah lantaran terjadi secara terus-menerus.
"Meskipun bencana ini berpengaruh terhadap generasi muda, namun Kemdikbud sendiri tidak bisa mengintervensi karena penyelesaian kebakaran hutan di luar domain Kemdikbud," ucapnya.
Hingga saat ini, ujar Hamid, Kemdikbud mengaku tidak mengalami kerugian secara materi akibat kabut asap. Sementara penyediaan air purifier (penjernih udara) disekolah dinilai kurang efektif lantaran konstruksi bangunan sekolah mempunyai ventilasi.
"Presiden akan melakukan berbagai langkah untuk mengatasi asap dan berharap ini menjadi bencana asap terakhir. Saat ini mencegah lebih baik, harus ada monitoring dari pemerintah, masyarakat, dan media," tukasnya.