Bisnis.com, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan seiring dengan semakin intensifnya penanganan kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Sumatra dan Kalimantan, kepungan asap yang terjadi di kedua provinsi tersebut semakin menipis.
Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB mengatakan bahwa operasi darurat asap akibat kebakaran hutan dan lahan terus dilakukan, baik melalui operasi udara, darat, penegakan hukum, sosialisasi dan pelayanan kesehatan di Sumatra dan Kalimantan.
Berdasarkan pantauan Satelit Terra Aqua pada Sabtu (10/10/2015), terdapat 936 titik panas (hotspot), yaitu Sumatra 91 titik (Lampung 2, Sumsel 89), dan Kalimantan 845 titik (Kalbar 5, Kalsel 52, Kalteng 628, Kaltim 159, Kaltara 1), sedangkan kabut asap mulai berkurang.
"Hal ini menyebabkan jarak pandang membaik," ujarnya, seperti siaran pers yang diterima Bisnis.com, Sabtu (10/10/2015).
Sutopo menjelaskan bahwa jarak pandang di Padang 1.500 m berasap, Pekanbaru 4.000 m berasap, Jambi 1.000 m berasap, Palembang 7.000 m berawan, Pontianak 2.000 m berasap, Palangkaraya 200 m berasap, dan Banjarmasin 9.000 m cerah.
"Kualitas udara juga membaik, dimana ISPU di Medan 189 tidak sehat, Pekanbaru 104 sedang, Jambi 377 berbahaya, Palembang 358 berbahaya, Pontianak 134 sedang, Samarinda 82 sedang, Palangkaraya 741 berbahaya," tuturnya.
Sementara itu, data sementara total hutan dan lahan terbakar mencapai 1,7 juta hektare. Dari 1,7 juta areal terbakar itu, di Kalimantan 770.000 ha, 35,9% di antaranya lahan gambut.
Sedangkan di Sumatra, areal terbakar seluas 593.000 ha, 45,9% di antaranya lahan gambut dan 221.704 ha areal terbakar berada di Sumatra Selatan. Angka ini pasti akan bertambah karena kebakaran masih terus berlangsung.