Bisnis.com, JAKARTA - Sekitar 20 orang tokoh Provinsi Maluku dari berbagai latar belakang menemui Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli untuk meminta keadilan dalam pengelolaan blok minyak dan gas (migas) yang ada di daerah tersebut.
Dalam pertemuan tersebut, Rizal Ramli menyatakan dukungannya untuk mengubah paradigma pengelolaan migas.
“Kami hanya ingin rakyat Maluku mendapat perlakuan dan hak yang adil atas sumber daya alam yang ada. Sangat miris, karena Maluku menjadi provinsi termiskin keempat di atas kekayaan sumber daya alamnya. Maluku memiliki 25 blok migas dan akan terus bermunculan,” tutur tokoh Maluku Engelina Pattiasina di Kantor Kementerian Koordinator Kemaritiman di Jakarta, Rabu (7/10/2015) sore.
Pertemuan yang diinisiasi Engelina Pattiasina itu dihadiri sejumlah tokoh Maluku, seperti Suady Marasabessy, Martinus Saptenno (Pembantu Rektor II Universitas Pattimura Ambon), Nono Sampono (anggota DPD RI), mantan Wakil Menteri Perindustrian Alex Retraubun, Jantje Tjiptabudi (Dekan Fakultas Hukum Universitas Pattimura Ambon), Augy Syahilatua (Peneliti Utama LIPI Ambon), Farida Aryani Hehanusa (Dekan FISIP Universitas Darussalam Ambon), Amir Hamzah (tokoh masyarakat Maluku Jakarta), Semuel Leunufna (dosen Universitas Pattimura), Boetje Balthazar (praktisi perminyakan), Theopilus Louis (Archipelago Solidarity Foundation), dan M. Kainama (dosen Fakultas Hukum Universitas Pattimura Ambon).
Menko Kemaritiman Rizal Ramli mengatakan Tuhan memberkati Maluku dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, seperti satu pertiga ikan di Indonesia berasal dari Maluku. Hanya saja, rakyat Maluku nyaris tidak mendapat apa-apa.
Saat ini, kata Rizal, di Maluku terdapat sumber minyak dan gas. Salah satunya, Blok Masela dengan cadangan gas sangat besar, sehingga dikenal sebagai blok gas abadi. Bahkan, blok migas masih akan bermunculan di Maluku dan sangat besar.
“Kalau dikelola dengan baik, migas di Maluku akan mengalahkan Qatar. Rakyat Maluku harus mendapat manfaat yang adil dari kekayaan alam. Kita harus ubah paradigma pengelolaan migas,” kata Rizal sesuai pertemuan dengan tokoh Maluku.
Menurutnya, pejabat harus mengubah paradigma dari yang penting ekspor dan tanpa peduli masyarakat mau dapat manafaat atau tidak. Blok Masela harus menjadi momentum perubahan paradigma.
Rizal menambahkan, pengelolaan blok migas harus menguntungkan rakyat dan kawasan timur akan mendapat manfaat dari semua itu..
Pipa Darat Blok Masela
Engelina Pattiasina menambahkan sangat absurd wilayah yang kaya justru menjadi daerah termiskin. “Kami tuntut keadilan dan meminta migas harus bermanfaat bagi rakyat Maluku yang termiskin keempat. UUD juga mengamanatkan sumber daya digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Rakyat Maluku mengharapkan itu,” tegasnya.
Menurutnya, kemiskinan akan berdampingan dengan kebodohan dan tidak sehat. Untuk itu, dengan kekayaan alam yang ada, semua pihak harus membantu Maluku keluar dari kemiskinan.
Sebab, migas di Maluku bukan hanya menghidupi Maluku atau Indonesia Timur semata, tetapi akan menghidupi Indonesia, karena potensi migas sangat besar.
“Kami memang menginginkan pembangunan instalasi gas (darat) di Maluku, karena akan mendorong pertumbuhan. Jadi, kalau instalasi, saya kira, kami semua mendukung pembangunan yang di darat. Itu jauh lebih baik bagi rakyat. Selain itu, kami minta pembagian hasil migas yang lebih adil,” ujar pendiri Archipelago Solidarity Foundation ini.