Bisnis.com, SAMARINDA— Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur meminta semua pihak waspada terhadap lonjakan inflasi di provinsi itu pada akhir tahun.
Kepala Bank Indonesia Provinsi Kaltim Mawardi B. H. Ritonga mengatakan Kaltim mengalami deflasi pada September sebesar 0,11%. Dengan demikian, laju inflasi secara tahunan di Kaltim menjadi sebesar 7,33%.
“Melanjutkan tren penurunan harga usai Lebaran, realisasi inflasi Kaltim pada September 2015 lebih rendah baik dari deflasi bulan Agustus lalu maupun perkiraan Bank Indonesia. Meskipun demikan, pendorong utama deflasi bulan ini masih bersumber dari kelompok barang diatur pemerintah [administered price] dan kelompok volatile foods,” katanya dalam rilis yang diterima Bisnis, Rabu (7/10/2015).
Dia menambahkan kelompok inti masih mengalami inflasi lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Dengan pencapaian tersebut, inflasi Kaltim selama Januari hingga September 2015 mencapai 3,39%. “Masih relatif sejalan dengan sasaran inflasi nasional pada kisaran 4+1%,” katanya.
“Deflasi Kaltim didorong oleh penurunan harga terutama pada kelompok bahan makanan khususnya komoditas sawi hijau, ikan layang benggol, tongkol atau ambu-ambu. Selain itu, deflasi juga didorong oleh koreksi tarif angkutan udara periode musim Lebaran,” ujarnya.
Dibandingkan dengan daerah lain, deflasi Kaltim pada September lebih tinggi dibandingkan Kalimantan Tengah yang mencapai 0,2%. Apabila dibandingkan dengan data historisnya, deflasi Kaltim yang terjadi kali ini merupakan terendah di bulan September dalam 10 tahun terakhir.