Bisnis.com, JAKARTA - Siapa yang tak kenal bambu? Tanaman hasil hutan nonkayu itu banyak berperan dalam kehidupan. Bahkan saat melawan penjajah pun, nenek moyang mengandalkan bambu runcing.
Tentu saja bambu tak hanya dapat dimanfaatkan sebagai senjata. Lebih dari itu, bambu bisa menyelamatkan lingkungan serta memiliki nilai ekonomi tinggi.
Sadar akan manfaat bambu tersebut, PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang menggunakan tanaman itu untuk mengurangi pendangkalan Sungai Musi.
Sebagai industri yang bersinggungan dengan Sungai Musi, perseroan merasa bertanggung jawab untuk menjaga agar sedimentasi sungai itu tidak semakin dalam.
Perseroan pun memilih untuk menanami bambu di sekitar bantaran Sungai Musi. Harapannya, tanaman yang dapat mengikat tanah dan air dengan baik itu dapat menahan laju erosi yang menyebabkan urat nadi perekonomian Sumatra Selatan itu menjadi dangkal.
Memang, sungai yang menjadi tumpuan ekonomi provinsi itu kondisinya sudah memprihatinkan karena pendangkalan. Endapan lumpur dan penebangan di bagian hulu sungai menjadi penyebab utama sungai ini dangkal.
Pusri memulai penanaman bambu sejak 2013, yang ditandai dengan penanaman 1.000 bibit pohon bambu di Rumah Sakit Kusta Dr. Rivai Abdullah, Mariana, Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan.
Pendangkalan Sungai Musi merupakan masalah yang terus berlanjut. "Kami tidak mungkin mengatasi total, tetapi berupaya mengurangi proses pendangkalannya. Salah satunya dengan menanam pohon bambu," kata Direktur Utama Pusri Musthofa saat peresmian penanaman bambu, beberapa waktu lalu.
Penanaman bambu itu merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang dinamai Serumpun Bambu Sejuta Berkah.
Meyakini bambu bisa memberi banyak berkah lingkungan hingga ekonomi, program ini masih dilanjutkan. Saat ini Pusri melakukan penangkaran bibit bambu di kebun percobaan milik perseroan.
“Harapannya dapat menghasilkan kualitas bibit yang prima, dengan pertumbuhan seragam dan tingkat kematian yang rendah,” katanya Manager Humas Pusri Palembang Sulfa Ganie.
Penangkaran itu juga dapat membuat biaya bibit lebih murah dibandingkan dengan mendatangkan bibit di Pulau Jawa.
Tak hanya untuk mengatasi sedimentasi Musi, program penanaman itu diharapkan bisa menjadi langkah awal untuk mendukung industri bambu di Tanah Air, khususnya Sumatra Selatan.
Pada masa depan, nilai keekonomian bambu juga akan mampu menghidupi masyarakat di Palembang dan sekitarnya.
Bambu diyakini akan menjadi bahan baku industri utama, setelah kayu menjadi tanaman langka dan ketat aturan penggunaannya untuk menjaga keselamatan lingkungan. “CSR Bambu ini sejalan dengan misi kami menjaga kelestarian lingkungan hidup, terutama di daerah aliran sungai Musi,” ujarnya.
Saat ini Pusri sudah menanam sebanyak 5.000 polygbag bibit dengan delapan jenis yang berbeda di penangkaran.
Menurutnya, perusahaan ingin program bambu tersebut akan terus berguna hingga jangka panjang seiring masa depan tanaman itu yang prospektif untuk dikembangkan.
“Untuk menunjang kebutuhan bahan baku industri diperlukan pengembangan tanaman bambu dengan konsekuensinya diperlukan bibit dalam jumlah banyak,” katanya.
Oleh karena itu manajemen Pusri berkomitmen menambah penanaman bibit pohon bambu. “Saat ini sudah ada sebanyak 2.000 bambu di sepanjang DAS Musi yang telah kami tanam,” kata Sekretaris Pusri Palembang Zain Ismed.
Tak hanya itu, sesuai dengan visi dan misi CSR Pusri yang salah satunya ikut membantu program pemerintah Go Green, perseroan juga menanam 1.000 pohon bambu di Pondok Pesantren Al Ittifaqiah, Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir.