Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga konservasi WWF Indonesia meminta pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan warga melakukan penanganan terpadu guna mencegah kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan.
“Kebanyakan titik api teridentifikasi berada di lahan gambut dan sejauh ini upaya pencegahan dan penanggulangan di lapangan nampak belum efektif,” kata Direktur Konservasi WWF Indonesia Arnold Sitompul dalam siaran pers, Selasa (29/9/2015).
Pemerintah, kata dia, perlu meningkatkan rekayasa hujan pada wilayah-wilayah penyumbang titik api terbanyak. Pasalnya, Arnold menilai penggunaan bom air belum mampu meredam titik api pada lahan gambut.
Hingga Senin kabut asap pekat masih melingkupi Kalimantan. Dalam satu minggu terakhir, kualitas udara di Kota Palangkaraya dan Pontianak berulang kali mencapai tingkat yang membahayakan kesehatan.
Data konsentrasi partikulat PM10 Palangkaraya di situs Badan Metereologi dan Geofisika (BMKG) mencatat rata-rata PM10 pada Senin sebesar 463 mikrogram per meter kubik.
Pascakunjungan Presiden Jokowi ke Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, kebakaran lahan dan hutan belum mereda. Hingga hari ini, kegiatan belajar-mengajar di Palangkaraya sudah diliburkan setidaknya selama dua minggu. Sepanjang September 2015, Dinas Kesehatan Kalteng mencatat sekurangnya 15.000 orang terkena ISPA.
Sementara itu, Manajer Program Kalimantan Tengah WWF Indonesia mengatakan bencana asap tahunan menimpa provinsi itu karena lemahnya persiapan dalam mengantisipasi musim kemarau.
“Pembangunan dam, dikenal oleh masyarakat lokal dengan istilah penabatan, perlu dilakukan sejak sekarang guna untuk menjaga kestabilan kandungan air dan kelembaban gambut sepanjang tahun,” tuturnya.