Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PKM) menilai kesan negatif transmigrasi harus dikikis sehingga semakin banyak warga yang berpartisipasi.
“Kita harus bisa membuat transmigrasi itu menjadi program yang menyenangkan,” ujar Deputi Menko PKM Agus Sartono dalam Seminar Ketransmigrasian di Jakarta, hari ini, Selasa (1/9/2015).
Dia mengimbau kepada Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (KDPDTT) untuk menonjolkan kisah para transmigran sukses sehingga bisa menggairahkan program itu seperti zaman Orde Baru.
Selaras dengan itu, Agus meminta kepada KDPDTT agar bersinergi dengan pemerintah daerah untuk mencari kawasan transmigrasi baru.
Lokasi harus dibangun dengan infrastruktur yang memadai guna memenuhi standar kesejahteraan penghuni.
Namun, dia mengingatkan agar pembangunan kawasan transmigrasi bisa selaras dengan program pembangunan infrastruktur pemerintah pusat.
Di tempat yang sama, Menteri DPDTT Marwan Jafar mengatakan transmigrasi menjadi salah satu upaya pemerintah untuk mengurangi tingkat kemiskinan di daerah-daerah padat penduduk.
Namun, dia mengakui pula bila program yang berjalan sejak zaman kolonial Belanda itu tidak dihargai secara layak.
“Banyak yang menyepelekan transmigrasi,” ujar politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini.
Saat ini pun, kata dia, transmigrasi belum menjadi andalan pemerintah untuk menggenjot produktivitas ekonomi.
Marwan memaklumi karena pemerintah lebih fokus dengan program maritim dan infrastruktur.
“Walau begitu, transmigrasi bisa menjadi sarana untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional dengan menumbuhkan agroindustri di daerah,” ujarnya.
Pemerintah telah membangun 619 kawasan transmigrasi di seluruh Indonesia.
Saat ini KDPDTT merancang 48 Kawasan Transmigrasi Kota Terpadu Mandiri (KTM) yang menjadi sentra pengembangan abribisnis dan agroindustri komoditas pangan dan perkebunan.
Hingga semester I/2015, kementerian telah menciptakan 11 KTM a.l di Mesuji, Rawapitu, dan Way Tuba di Lampung; Gerbang Kayong dan Rasau di Kalimantan Barat; dan Kobisonta di Maluku.