Kabar24.com, BANYUWANGI-- Ketua Jaringan Islam AntiDiskriminasi (JIAD) Jawa Timur, Aan Anshori, tidak sepakat dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang meminta si tukang kayu bernama Tuhan mengganti atau menambah namanya.
SIMAK: Ini Beda Krisis 1998 dengan Perlambatan Ekonomi 2015
Menurut Aan, setiap orang memiliki kemerdekaan memilih nama sepanjang tidak bertentangan dengan kesepakatan publik atau hukum.
BACA JUGA: Rupiah Melemah, Model Kelly Tandiono Kurangi Melancong
"Tidak ada pasal yang dilanggar pemilik nama Tuhan," tulis Aan Anshori dalam siaran persnya yang diterima Selasa (25/8/2015).
SIMAK: Rupiah Melemah, Biaya Nongkrong Anak Muda Makin Mahal
Vonis MUI, kata Aan, bahkan terkesan tidak sensitif, sebab pergantian nama bukanlah urusan sepele. Pergantian nama akan berimplikasi serius terhadap dokumen-dokumen milik 'Tuhan'.
Aan menyarankan MUI tidak perlu mengurusi hal remeh. Sebaliknya MUI harus fokus memikirkan problem keumatan yang lebih besar, misalnya terkait kecenderungan betapa mudahnya klaim keagamaan dijadikan mesiu diskriminasi dan kekerasan bagi kelompok minoritas.
BACA JUGA: Bayar Rp2,8 Juta, Anda Bisa Berenang Bersama Anak Macan
Namun, jika MUI tetap berkeberatan atas nama itu, sebaiknya menempuh langkah hukum dengan menyebutkan kerugian apa saja yang dialami MUI atas digunakannya nama tersebut.
Di luar itu, kata Aan, publik juga sudah cukup cerdas membedakan mana Tuhan dan "Tuhan". "MUI tak perlu panik, apalagi murka kepada 'Tuhan'," katanya.
MUI Jawa Timur menyarankan agar pria bernama ‘Tuhan’ asal Banyuwangi menambah namanya. MUI menilai, penambahan nama tersebut dilakukan agar tidak menimbulkan penafsiran yang menyekutukan Tuhan atau syirik. Selain itu, nama ‘Tuhan’ kurang pantas dari sudut pandang etika agama.
“Harus ada tambahan Abdu di depan, menjadi hamba Allah. Seperti asmaul husna kan harus ada tambahan ‘abdu’-nya seperti nama saya Abdusshomad,” ujar Ketua Umum MUI Jatim KH Abdusshomad Bukhori kepada wartawan di Hotel Garden Palace Surabaya, Senin (24/8/2015).
‘Tuhan’ ialah nama seorang tukang kayu asal Dusun Krajan, Desa Kluncing, Kecamatan Licin, Banyuwangi. Pria 42 tahun itu mendadak tersohor setelah kartu tanda pengenalnya diunggah netizen di media sosial Facebook dengan tambahan kalimat yang mengundang tawa sekaligus penasaran: “Teori Januari Christi terbantah...Tuhan ada di Banyuwangi!!”
Ayah dua anak itu merupakan anak bungsu dari 7 bersaudara dari pasangan Jumhar dan Dawiyah. Dia tak tahu alasan orang tuanya memberikan nama Tuhan kepadanya.