IRJEN Pol Tito Karnavian akhirnya resmi memimpin Polda Metro Jaya, setelah dilantik Kapolri Badrodin Haiti Jumat lalu di Jakarta (12/06). Tito menggantikan Kapolda Metro Jaya sebelumnya, yakni Irjen Unggung Cahyono yang ditunjuk menjadi Asisten Operasi Kapolri.
Jabatan Tito sebelumnya adalah Asisten Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan Anggaran, setelah sebelumnya menjabat sebagai Kapolda Papua dan Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Banyak orang di lingkaran dalam polisi yang meyakini Tito adalah salah satu perwira tinggi calon pemimpin Polri masa depan.Tito adalah prototipe polisi intelek, masih muda, tapi dengan penguasaan lebih dari 2 bahasa asing dan kemampuan pencegahan terorisme dan hubungan internasional.
Sesaat sebelum lulus SMA 2 Palembang pada 1987, Tito mendaftar ujian perintis dan mendaftar ke Akabri, Hubungan Internasional UGM, STAN, dan Kedokteran. Semuanya lulus, tapi dia memilih Akabri. Selesai di Akabri, Tito belajar di PTIK dan meraih masternya di University of Exeter, Inggris.
Tak cukup itu, Tito juga melanjutkan studinya di Massey University Auckland Selandia Baru dalam bidang Strategic Studies pada 1998. 10 tahun kemudian, masih dengan bidang studi yang sama, Tito mondok di Nanyang Technological University, Singapura hingga meraih gelar PhD-nya.
MENANGKAP TOMMY
Di Indonesia, Tito mulai dikenal pada 2001, ketika memimpin Tim Kobra yang berhasil menangkap buronan kakap waktu itu, Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto. Dengan keberhasilan itu, oleh pimpinan Polri waktu itu, Tito termasuk polisi yang mendapat kenaikan pangkat luar biasa.
Pada 2004, ketika Densus 88 Antiteror dibentuk untuk membongkar terorisme di Indonesia, di Jakarta Tito memimpin tim antiterorisme yang terdiri dari 75 personel. Setahun kemudian, Tito berhasil melumpuhkan teroris Dr Azahari di Batu, Malang. Dia kembali mendapat kenaikan pangkat luar biasa.
Dua tahun berikutnya, Tito dengan Densus 88 Antiteror juga sukses membongkar konflik Poso dan meringkus sejumlah orang yang terlibat di balik konflik tersebut. Akhirnya, Tito menjadi orang nomor satu di Densus 88, detasemen antiteror Mabes Polri, naik ke deputi BNPT.
Kini, setelah berkiprah di Papua dan mengisi posisi Asisten Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan Anggaran, mampukah Tito menjalani peran teritorialnya di pusat kekuasaan? Bagaimana dia beradaptasi dengan perubahan politik yang terjadi di tingkat elit? Kita akan lihat kiprah Tito.