Bisnis.com, JAKARTA--Peretas (hacker) Cina yang berhasil membobol jaringan komputer pemerintah Amerika Serikat mencuri banyak data penting.
Seperti dikutip dari Reuters, pejabat AS pada Jumat (5/6/2015) mengatakan data yang berhasil dicuri antara lain data informasi izin keamanan dan pemeriksaan latar belakang selama 3 dekade terakhir.
Pelanggaran sistem komputer the Office of Personnel Management (OPM) diumumkan oleh pemerintahan Obama pada Kamis (5/6/2015). Sebanyak 2,1 juta pekerja pemerintah terkena dampak atas serangan cyber ini, ungkap sumber yang dekat dengan pimpinan penyelidikan FBI.
Dengan banyaknya tuduhan atas peran pemerintah Cina dalam serangan ini dinilai dapat melanjutkan ketegangan hubungan antara Washington dan Beijing. Terlebih, setelah kegigihan Cina dalam mengejar klaim teritorial di Laut Cina Selatan.
Beberapa pejabat AS, yang tidak ingin disebut namanya, mengatakan para hacker diyakini berbasis di Cina, tetapi belum diketahui apakah pemerintah Cina terlibat. Pejabat AS lainnya mengatakan pelanggaran itu sedang diselidiki sebagai masalah keamanan nasional, yang berarti mungkin berasal dari pemerintah asing.
Serangan cyber ini merupakan serangan besar dalam pencurian informasi tentang tenaga kerja federal, dan seorang pejabat pertahanan AS mengatakan itu jelas ditujukan untuk mendapatkan informasi berharga untuk tujuan intelijen.
"Serangan ini serius. Data kembali ke tahun 1985," kata seorang pejabat AS. "Ini berarti bahwa mereka berpotensi memiliki informasi tentang pensiunan, dan mereka bisa tahu apa yang mereka lakukan setelah meninggalkan pemerintah."
Akses data dari komputer OPM, seperti tanggal lahir, nomor jaminan sosial dan informasi bank, bisa membantu hacker menguji password potensial ke situs lain, termasuk yang dengan informasi tentang sistem senjata, kata pejabat itu.
"Itu bisa memberi mereka keuntungan besar," kata pejabat itu.