Bisnis.com, JAKARTA - Islah yang ditempuh Partai Golkar kubu Agung Laksono dan kubu Aburizal Bakrie (Ical) dinilai setengah hati karena hanya untuk menyelamatkan kepesertaannya dalam pilkada.
Siti Zuhro, peneliti politik dari Lembaga lmu dan Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengatakan rencana islah Partai Golkar yang digagas oleh Jusuf Kalla (JK), politisi senior Golkar yang kini menjabat sebagai Wapres tersebut, hanya untuk kepentingan sesaat saja.
“Seharusnya, islah harus lebih didasari oleh kesamaan pandangan ideologi dalam membangun partai politik yang kuat dan sehat. Bukan cuma agar bisa ikut pilkada. Ini sangat transaksional,” katanya saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (21/5/2015).
Jika islah hanya didasarkan pada kepentingan sesaat tersebut, islah di internal Golkar tidak akan tercapai dengan utuh. Lantas, Golkar berisiko kembali terbelah menjadi dua setelah gugatan hukum memperoleh keputusan inkracht.
“Islah boleh saja. Tetapi harus diingat, kepengurusan keduanya masih dalam sengekta hukum yang sampai saat ini masih berlanjut. Dan sangat berisiko karena Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly sebagai tergugat juga ikut banding untuk mempertahankan SK kepengurusan Agung,” katanya.
Dengan demikian, JK selaku mediator islah juga harus memikirkan langkah hukum yang telanjur ditempuh untuk menguatkan legitimasi mereka. “Jangan sampai, islah itu hanya setengah hati. Kalau ada keputusan inkracht, Golkar pecah lagi.”