Bisnis.com, DENPASAR-- Pemerintah daerah Bali disarankan segera merealisasikan penyerapan APBD 2015 dan menjaga setok serta distribusi bahan baku demi menjaga pertumbuhan ekonomi pada triwulan dua tahun ini.
Menurut pengamat ekonomi Universitas Udayana Wayan Rahmanta, dua hal tersebut merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan agar pertumbuhan terangkat. Dia menilai kontraksi ekonomi pada awal tahun sebesar 1,53% dari triwulan IV/2014, tidak perlu terjadi.
"Padahal, sebetulnya belanja pemerintah adalah stimulus bagi ekonomi daerah, karena beberapa sektor seperti akomodasi tumbuh positif dan berpeluang membantu tumbuh tinggi. Jadi sudah seharusnya dipercepat realisasinya," ujarnya, Sabtu (16/5/2015).
Dia juga menegaskan pemda tidak boleh tenang-tenang pada periode April-Juni, karena potensi inflasi tinggi akibat meningkatnya konsumsi masyarakat yang dapat menyebabkan kontraksi ekonomi lebih dalam.
Dia menuturkan pada periode ini, konsumsi rumah tangga berpotensi meningkat seiring dimulainya musim liburan serta memasuki Lebaran dan Hari Raya Galungan. Namun, belum baiknya infrastruktur daerah berpotensi menyebabkan suplai bahan baku terhambat.
Oleh karena itulah, penting bagi pemda untuk menjaga setok barang baik riil maupun psikologis. Salah satu contohnya, menggelar operasi beras murah kendatipun barang yang dijual murah, tetapi akan dapat menjaga psikologis masyarakat.
"Inflasi dibutuhkan, tetapi kalau persentase kenaikannya tinggi misalnya naik 1% sedangkan pertumbuhan ekonomi hanya tumbuh 0,5% maka terjadi pertumbuhan tidak berkualitas. Itu sangat mungkin terjadi pada triwulan ini," jelasnya.
Sebelumnya, BPS Bali mencatat perekonomian daerah ini pada triwulan I/2015 mengalami perlambatan karena hanya tumbuh 6,2% atau lebih rendah dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 6,55%.
Perlambatan disebabkan, pada Januari-Maret ekonomi Bali mengalami kontraksi sebesar 1,53% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q). Kontraksi itu tercatat menyebabkan pertumbuhan terendah Bali sejak 2011.
Ada tiga lapangan usaha pendorong kontraksi, yakni sektor penggalian tumbuh negatif 13,68%, administrasi pemerintah turun 13,4% dan pertanian 4,04%. S mentara berdasarkan pengeluaran, semua komponen mengalami kontraksi, kecuali pengeluaran konsumsi rumah tangga yang tumbuh 0,17%.