Bisnis.com, TANGERANG--PT Banten West Java Tourism Development menargetkan pertumbuhan pengunjung naik di Tanjung Lesung menjadi 500.000 orang pada tahun ini.
Senior Event Manager PT BWJ Hanrina Isneningsih mengatakan biasanya kawasan pariwisata seluas 1.500 hektare itu menyedot wisatawan mencapai 250.000 orang setiap tahun. Komposisi terbesar tetap pelancong dalam negeri.
"Tahun ini paling tidak jumlah pengunjungnya dobel dari tahun-tahun sebelumnya," tuturnya kepada Bisnis, di Tanjung Lesung, Banten, pekan lalu.
Secara reguler pengunjung di Tanjung Lesung terdiri dari 20% wisatawan internasional dan 80% lainnya pelancong domestik. Wisawatan asing yang datang terbanyak dari Eropa khususnya Belanda dan Jerman.
Peak season menjadi kontributor utama terhadap kunjungan ke Tanjung Lesung, lonjakannya mencapai 100% dari hari-harii biasa terutama pada Juni-Agustus dan November-Desember. Untuk pelancong Asia dari Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Korea Selatan biasanya meminati Kalicaa Villa.
Hanrina menjelaskan kawasan pariwisata ini sekarang punya lima penginapan dengan konsep yang berbeda-beda. Setiap penginapan membidik karakter pengunjung yang berbeda pula.
Ada 44 villa dilengkapi private pool di Kalicaa Villa Estate, 61 unit villa di tanjung Lesung Beach Hotel, the Blue Fish, the Sailing Club, dan Green Coral Exclusive Camping. The Sailing Club biasanya jadi favorit wisatawan Eropa.
Olahraga laut yang bisa dilakukan sebetulnya mulai dari snorkeling, menyelam, banana boat, dan berlayar. Selain olahraga laut pengujung juga bisa memelajari transplantasi terumbu karang serta memberi makan burung camar.
Setidaknnya ada dua kawasan pantai yang biasa dikunjungi, yaitu pantai yang di Beach Club dan Pantai Bodur. Khusus Bodur sedang dilakukan perbaikan dan baru akan dibuka kembali untuk umum jelang Lebaran tahun ini.
“Kami tidak mau ada kesan kumuh, maunya tetap tertata baik, jadi mungkin Bodur nanti tidak gratis lagi. Retribusi sendiri akan dikelola untuk jaga fasilitas umum,” ucap Hanrina.
Tanjung Lesung merupakan destinasi wisata eksklusif di pinggiran pantai yang ditetapkan sebagai kawasan ekonomi khusus (KEK) pada 23 Februari 2015 oleh Presiden Joko Widodo. Berjarak 170 km barat daya DKI Jakarta, di desa Tanjung Jaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Banten.
Garis pantai Tanjung Lesung terbentang sepanjang 13 km. Daerah ini merupakan pintu gerbang sejumlah wisata alam di Banten, seperti Gunung Anak Krakatau dan Taman Nasional Ujung Kulon.
“Kami sebetulnya sudah pusing karena akomodasi permintaannya banyak tetapi suplainya kurang,” ucap Hanrina.
Fasilitas baru yang sedang dikembangkan BWJ di Tanjung Lesung adalah Konservasi Flora dan Fauna. Perseroan baru mengembangkan sekitar seperempat lahan di area konservasi flora dan fauna di kawasan pariwisata Tanjung Lesung, Banten.
Hanrina menyebutkan totalnya disediakan 4 hektare lahan untuk dikembangkan menjadi pusat konservasi flora dan fauna. Tidak hanya tumbuhan atau binatang, kelak tempat ini juga dilengkapi anjungan Badui, suku asli Banten.
“Anjungan Badui ini semacam prototip perkampungan suku Badui. Nanti juga akan kami buatkan rumah pohon,” tuturnya.
Ditanya kebutuhan dana, Hanrina mengaku tak tahu sampai detil investasi. Yang pasti pengembangan konservasi flora dan fauna ini diperkirakan butuh empat tahun sampai seluruh lahan yang ada termanfaatkan.
Koleksi tumbuhan dan hewan yang ada akan terus ditambah. Saat ini fauna yang menghuni konservasi tersebut baru mencakup beberapa jenis unggas seperti merak, angsa, dan ayam jago khas daerah setempat.
BWJ akan mendatangkan spesies dan varian flora fauna lain bekerja sama dengan Kebun Binatang Ragunan dan Kebun Raya Bogor. Salah satu binatang yang akan jadi penghuni baru adalah rusa totol. Sebelum binatang datang, kandang di area konservasi sudah harus siap huni sejak enam bulan hingga setahun sebelumnya.
Kendati menarik, tetapi Tanjung Lesung terbilang kurang memadai dari segi transportasi. Rute jalan darat setidaknya butuh 6 – 7 jam, sedangkan jalur laut dan udara belum ada.
Transportasi daratpun harus ditempuh wisatawan menggunakan kendaraan pribadi. Oleh karena itu kawasan pariwisata Tanjung Lesung perlu didukung fasilitas transportasi air selain via jalan darat guna memudahkan wisatawan berkunjung.
Kapolda Banten Brigjen Pol. Boy Rafli Amar mengatakan setidaknya kapal berkecepatan 30 knot sudah cukup. Armada ini sebaiknya stand by di titik yang mudah dijangkau, misalnya dari Pantai Anyer.
"Kalau kapal 30 knot sekitar 1,5 jam sudah bisa sampai di sini. Kalau lurus terus jaraknya sekitar 60 km," katanya.
Proyek jalan tol Serang - Panimbang melalui tol Jakarta - Merak diharapkan segera terealisasi. Adapun jangka panjang sekitar 5 - 6 lagi direncanakan ada Bandara Banten Selatan yang dapat terhubung langsung dengan Soekarno-Hatta.