Bisnis.com, JAKARTA – Habitat Owa jawa (Hylobates moloch) terancam oleh perubahan iklim, perambahan hutan untuk kegiatan komersial, serta semakin maraknya perburuan hewan tersebut untuk diperdagangkan.
Ketua Yayasan Owa Jawa Noviar Andayani mengatakan binatang primata tersebut hanya dapat hidup di hutan yang masih terjaga kelestariannya. Owa jawa hidup bergelantungan di pucuk-pucuk pohon yang memiliki kanopi rapat.
Owa jawa merupakan binatang endemik di Jawa bagian barat, yakni kawasan Jawa Barat hingga ke perbatasan Jawa Tengah. Hutan di kawasan tersebut cocok sebagai habitat Owa jawa.
“Populasinya kritis, harus mendapatkan perhatian karena mereka hanya bisa hidup di habitat hutan tropis basah, mereka memerlukan tajuk hutan yang tertutup,” ujarnya, Selasa (21/4/2015).
Saat ini, total populasi Owa Jawa mencapai sekitar 5.300 ekor. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan jumlah binatang pemakan buah tersebut, di antaranya melalui rehabilitasi dan pelepasliaran satwa yang sebelumnya diperjualbelikan oleh manusia atau dijadikan binatang peliharaan.
Yayasan Owa Jawa bekerja sama dengan Perum Perhutani dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan akan melepasliarkan 4 ekor Owa jawa yang saling berpasangan. Kedua pasang hewan primata tersebut akan dikembalikan ke habitat alaminya di Gunung Puntang, kawasan hutan lindung Gunung Malabar Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Pelepasan Owa jawa yang akan dilakukan pada Jumat (24/4/2015) tersebut merupakan yang ketiga. Sebelumnya, Perum Perhutani bekerja sama dengan lembaga terkait telah melakukan upaya serupa pada 15 Juni 2013 dan pada 24 April 2015.
Sebelum siap dilepasliarkan, kedua pasangan tersebut telah menjalani rehabilitasi di kandang habituasi Javan Gibbon Center (JGC) yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.