Bisnis.com, JAKARTA--Ada kejadian yang menarik saat acara pemutaran dan diskusi film Senyap karya Joshua Oppenheimer di kampus Unika Atma Jaya Jakarta, (15/4/2015). Beberapa mantan tahanan politik (tapol) kasus tragedi 1965 turut hadir dalam acara ini.
Mereka melalui perwakilannya Dhardamisa yang juga mantan tapol mengungkapkan apresiasainya terhadap film buatan Oppenheimer tersebut. Pasalnya film ini menjadi secercah harapan bagi para tapol dan juga keluarga terkait stigma sosial mereka di masyarakat.
“Kami sangat senang dengan adanya film ini. sebab dari film ini, para generasi muda dan masyarakat bisa tahu fakta sebenarnya tragedi 1956,” ujar Dhardamisa.
Namun selain mengucapkan terimakasihnya, para tapol juga masih menuntut beberapa hal yang dianggapnya merupakan hak mereka. Salah satunya adalah pemulihan nama baik mereka di masyarakat.
“Kami tidak akan lagi tuntut pelaku ditangkap, karena kami sudah tahu siapa pelakunya dan sudah tidak mungkin diadili lagi. Kami hanya ingin pemulihan nama kami,” ujar Dhardamisa.
Salah satu cara pemulihan nama baik yang Dhardamisa dan kawan-kawan inginkan dengan cara pelurusan sejarah 1965 oleh pemerintah saat ini. Selain itu, mereka menuntut pengakuan dari pemerintah saat ini, bahwa pada 1965 pernah terjadi pelanggaran HAM besar-besaran di Indonesia.
Sebab para tapol menganggap diri mereka tidak bersalah sama sekali dalam kasus 1965. Mereka menganggap bahwa para tapol adalah korban dari perebutan kekuasaan dan upaya pembelokan fakta sejarah.
Di sisi lain, dampak dari upaya pembelokan sejarah dan pembohongan publik tersebut, mereka harus ditahan dan nama baik mereka menjadi tercoreng hingga anak cucunya.