Bisnis.com, SYDNEY – Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) memutuskan mempertahankan tingkat suku bunga di level 2,25% untuk menjaga risiko yang dapat timbul dari pasar properti jika nilai tukar mata uang kembali turun.
Langkah Gubernur RBA Glenn Stevens tersebut tidak sejalan dengan konsensus ekonom yang digalang Bloomberg yang memprediksi bank sentral akan memangkas suku bunga pada pertemuan dewan RBA yang digelar Selasa (3/3) kemarin.
“Bank sentral akan bekerjasama dengan instansi terkait untuk menelaah dan mengendalikan risiko yang berpotensi muncul dari pasar perumahan,” kata Stevens pascapertemuan bank sentral yang digelar di Sydney, Selasa (3/3/2015).
Merespons keputusan bank sentral, dolar Australia menguat ke level 77,74 sen per dolar Amerika Serikat. Stevens menyampaikanbank sentral akan menjaga nilai tukar di level rendah untuk menyeimbangkan laju ekspansi ekonomi.
Kepala ekonom Commonwealth Bank Michael Blythe menyampaikan kendati inflasi Australia masih stagnan dan pengangguran berada di level tertinggi, Stevens memilih untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan agar stabilitas pasar perumahan terjaga.
“Jika kita lihat situasi ekonomi secara keseluruhan, mempertahankan suku bunga tampaknya merupakan kebijakan netral. Namun jelas penurunan daya beli rumah tangga menjadi pertimbangan utama bank sentral,” kata Blythe merespons keputusan Stevens.
Di sisi lain, langkah Stevens ini pun di luar dugaan karena rekan dagang utama negara itu yaitu China, kembalI memangkas suku bunga acuannya akhir pekan lalu. Para ekonom memprediksi Perdana Menteri Li Keqiang akan menurunkan target pertumbuhan tahun ini menjadi 7% dari tahun lalu 7,5%.
Kendati demikian, Stevens mengaku akan memantau ketat situasi perekonomian dan tidak akan ragu memangkas suku bunga jika situasi perekonomian memburuk. []