Bisnis.com, BANGKOK - Thailand mencatatkan pertumbuhan 0,7% sepanjang 2014, level terendah dalam tiga tahun terakhir dan sesuai estimasi ekonom yang disurvei Bloomberg. Thailand tumbuh lesu setelah krisis politik menghempas belanja konsumen dan permintaan global yang lesu melukai kinerja ekspor.
Badan Pembangunan Sosial dan Ekonomi Nasional mencatat Negeri Gajah Putih tumbuh 2,3% (year-on-year) pada kuartal terakhir tahun lalu. Ekonom Australia & New Zealand Banking Group, Weiwen Ng menyampaikan untuk mengerek pertumbuhan tahun ini, pemerintah harus mengoptimalkan pengelolaan kebijakan fiskal.
"Kebijakan fiskal perlu berperan untuk menggenjot pertumbuhan karena penetapan suku bunga di tingkat rendah tidak cukup kuat membawa perekonomian ke momentumnya,” ungkap Weiwen di Bangkok, merespons laporan PDB.
Seperti diketahui, Bank of Thailand (BoT) mengimplementasikan kebijakan longgar dengan menetapkan suku bunga rendah di level 2% setidaknya dalam tujuh pertemuan terakhir bank sentral.
Bank sentral menyatakan suku bunga mungkin dipangkas dalam waktu dekat karena perlemahan harga minyak dunia akan kian menjauhkan negara itu dari target inflasi.
Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-Ocha yang memegang tampuk pemerintahan sejak Mei 2014 lalu dinilai gagal mengakselerasi belanja domestik yang kian terhempas sejak krisis politik melanda setahun terakhir. padahal, Chan-Ocha telah menggelontorkan stimulus sebesar US$11 miliar saat awal menjabat.