Bisnis.com, JAKARTA - Kelompok informal negara-negara MIKTA (Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia) didorong untuk menjadi solusi sejumlah persoalan regional dan internasional mengingat posisi masing-masing negara yang berasal dari tiga poros utama dunia.
Penasihat untuk Wakil Presiden Indonesia Dewi Fortuna Anwar menyampaikan MIKTA memiliki peluang untuk menjadi jembatan penyelesaian persoalan regional dan internasional karena masing-masing negara merupakan garda terdepan kawasannya masing-masing.
"Negara-negara MIKTA dapat berkontribusi menjembatani persoalan-prsoalan seperti deadlock di WTO, isu-isu yang dibahas di tingkat KTT G20, mendorong reformasi PBB, dan isu-isu lain seperti di bidang sosial budaya, lingkungan, dan sebagainya," ungkap Dewi di Jakarta, Senin (9/2/2015).
Kendati demikian, Dewi meminta Pemerintah Indonesia untuk tidak terburu-buru dan ambisius dalam mencapai tujuan-tujuan strategis, mengingat posisi MIKTA sebagai middle power dan belum lama disepakati di tingkat Menteri Luar Negeri.
MIKTA pertama kali dicetuskan oleh para Menlu kelima negara pada 2013 lalu saat menghadiri UN General Assembly di New York. Sejumlah pernyataan bersama (joint statement) sudah diluncurkan seperti komitmen membasmi ebola dan kecelakaan pesawat Malaysia Airlines MH17.