Bisnis.com, SURABAYA - Menko Kemaritiman Indroyono Soesilo menyiapkan National Ship Design and Engineering Center (NasDEC/Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional) di ITS menjadi balai besar untuk mendukung program kemaritiman dalam bidang desain dan rekayasa kapal.
"Tidak hanya itu, ITS juga bisa menjadi pusat integrasi radar, karena pencarian AirAsia dengan cepat itu berkat peran ITS dalam mengintegrasikan radar milik TNI AL, Perhubungan Laut, dan sebagainya," katanya saat memberikan kuliah umum di ITS Surabaya, Senin (5/1/2015).
Didampingi Rektor ITS Surabaya Prof Tri Yogi Yuwono, ia menegaskan bahwa iptek dan inovasi merupakan kunci untuk mandiri, maju, dan kuat yang berbasis maritim.
"Karena itu, Presiden menetapkan tekad Indonesia untuk menjadi Poros Maritim Dunia agar tingkat pendapatannya meloncat kepada 10 ribu dolar perkapita, karena itu kita menyusun empat agenda besar kemaritiman," katanya.
Menteri Indroyono menjelaskan empat agenda besar yakni kedaulatan maritim, sumberdaya alam dan jasa, infrastruktur maritim, serta sumberdaya manusia dan budaya maritim.
"Untuk itu, saya minta para ahli desain dan rekayasa kapal serta ahli integrasi radar dari ITS untuk memajukan program kemaritiman dengan empat agenda besar itu," kata menteri yang mengakui ITS sebagai kampus pertama yang dikunjungi setelah dua bulan menjadi menteri itu.
Untuk kedaulatan maritim, pihaknya sudah memutuskan batas maritim Indonesia yakni 13.400 pulau yang memiliki nama dan 4.100 pulau yang belum memiliki nama.
Setelah itu, pihaknya menyelesaikan batas laut dengan negara lain yang baru tercapai 44,12%, sedangkan batas ZEE sudah tercapai 54,66% dan batas landas kontinen sudah terselesaikan 70,78%.
"Untuk kawasan perbatasan itu, Presiden tidak tanggung-tanggung menyiapkan anggaran Rp12 triliun, misalnya pos pantau perbatasan harus lebih baik daripada pos milik tetangga," katanya.
Listrik Perbatasan Selain pos pantau, infrastruktur di perbatasan yang juga menjadi perhatian adalah listrik. "Meski diesel, Presiden meminta seluruh perbatasan sudah memiliki aliran listrik pada HUT ke-70 RI," kata Menko Indroyono.
Tidak hanya itu, pemerintah juga berencana membangun sembilan bandara baru di perbatasan, seperti Seibati, Rote, Nunukan, Miangas, Saumlaki, dan sebagainya. Dalam kaitan bandara, pelabuhan baru juga akan dibangun, karena itu ITS bisa berperan dalam desain dan rekayasa kapal melalui NasDEC-ITS.
"Tapi, saya juga sudah melapor Presiden bahwa ITS mampu merancang radar yang terintegrasi, misalnya radar perhubungan laut, radar TNI AL, radar TNI AU, radar pelabuhan, radar bea cukai, dan sebagainya akan terkoneksi," katanya.
Dengan koneksi lewat radar itulah, katanya, akan memudahkan kinerja pengawasan "Negara Kepulauan". "Kalau sekarang masih sifatnya laporan dari pangkalan di pulau tertentu, ke Armatim, ke Mabes TNI AL, ke Menko, lalu ke Presiden. Itu terlalu lama, karena itu perlu radar," katanya.
Menurut dia, Keppres tentang Badan Keamanan Laut sudah terbit. "Dengan teknologi radar yang terintegrasi, maka Bakamla akan bekerja lebih efektif, karena jika ada gangguan, maka tinggal kirim kapal AL, kirim pesawat AU, atau lainnya untuk mengusir pengganggu," katanya.
Selain kedaulatan dan infrastruktur maritim, maka pihaknya juga akan meminta bantuan ITS untuk sektor sumberdaya alam dan jasa, serta sumberdaya manusia dan budaya maritim.
"Untuk sumberdaya alam dan jasa, kita akan kembangkan budidaya, benih, pakan, dan obat antivirus untuk perikanan dan kelautan. Kalau hanya mengandalkan hasil tangkapan, maka kita tidak akan cepat besar, karena itu kita akan fokus pada hasil budidaya," katanya.
Oleh karena itu, jajaran TNI sekarang juga bercocok tanam dan memelihara ikan, lele, dan sebagainya. "Untuk jasa, kita akan maksimalkan pariwisata, karena itu kita akan tambah lima negara yang bebas visa masuk ke Indonesia yakni Australia, Jepang, China, Rusia, dan Korea," katanya.
Namun, beberapa provinsi harus menyiapkan wisata unggulan (marina). "Untuk sumberdaya manusia, saya akan siapkan beasiswa untuk riset kemaritiman, termasuk riset yang bekerja sama dengan negara lain, seperti ITS yang sudah bekerja sama dengan sejumlah universitas di Jerman," katanya.