Kabar24.com, JAKARTA—Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) mengimbau agar para anggota yang aktif di dunia politik menyamakan visi untuk menarik diri dari pertikaian politik guna mendorong pembangunan nasional.
Ketua KAHMI Mahfud MD mengatakan organisasi masyarakat ini akan menggelar Ulang Tahun emas ke-50 pada 22 Januari 2015. Dalam acara tersebut, jajaran KAHMI akan menyamakan visi dan langkah para anggota, terutama yang aktif di lembaga legislatif dan eksekutif.
"Artinya, supaya KAHMI itu berperan lebih aktif, supaya tidak terlalu asik dalam pertikaian politik. Ini waktunya bekerja, momen persaingan politik sudah selesai," katanya usai bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Senin (29/12).
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ini mengatakan KAHMI tidak dilahirkan untuk membuat gaduh, tetapi untuk mendorong kemajuan bangsa. Dalam acara tersebut, Mahfud ingin mendorong agar anggota KAHMI menyatukan kekuatan dan menghentikan pertikaian di legislatif.
"HMI dan KAHMI punya tujuan yang sama untuk membangun kesejahteraan masyarakat. Sekarang ini kan banyak yang lupa bagi-bagi posisi, maunya bertengkar terus. Padahal bagi-bagi posisi itu untuk kemajuan, tidak akan konflik," tuturnya.
Selain itu, Mahfud dan Wapres Jusuf Kalla juga membicarakan permasalahan mendasar bangsa, yakni ketidakadilan dan pengembangan pendidikan Islam di Tanah Air.
Masalah ketidakadilan, lanjutnya, disebabkan oleh tidak meratanya pembangunan nasional sehingga jurang antara orang kaya dan orang miskin semakin lebar. Menurutnya, negara bisa hancur apabila ketidakadilan dan kesenjangan ekonomi dibiarkan.
Mahfud menambahkan di bidang pemikiran, Indonesia berambisi untuk menjadi kiblat pendidikan Islam di dunia. Pasalnya, Timur Tengah dinilai tidak lagi dapat menjadi contoh baik ajaran agama Islam seiring aksi pertikaian dan pembunuhan yang terjadi.
"Islam yang paling diterima secara internasional, yang dianggap paling rasional, paling moderat itu di Indonesia. Kenapa pendidikan Islam tidak dimulai dari sini?" katanya.
Dari gagasan tersebut, imbuh Mahfud, muncul wacana membangun universitas Islam terbesar di Indonesia. Pembangunan perguruan tinggi tersebut diharapkan dapat menjadi inkubator pemikiran-pemikiran Islam yang lebih manusiawi, sehingga menghasilkan masyarakat modern.