Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

WARGA DIY Gelar Kirab 1.000 Apem

Ratusan warga Kampung Gondolayu Lor, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, melakukan kirab dengan mengusung 1.000 apem dan lemper mengelilingi sejumlah ruas jalan utama di Kota Yogyakarta.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JOGJA – Ratusan warga Kampung Gondolayu Lor, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, melakukan kirab dengan mengusung 1.000 apem dan lemper mengelilingi sejumlah ruas jalan utama di Kota Yogyakarta.

Para warga menggelar prosesi kirab dengan rute Gondolayu Lor – Jl. Jend. Sudirman – Jl. A.M. Sangaji – Jl. R. W. Monginsidi – Jl. Magelang – Jl. P. Diponegoro – Jl. Jend. Sudirman, dan berakhir kembali di Gondolayu Lor dalam waktu tidak kurang dari 1 jam.

Kirab Shafaran 1.000 apem merupakan kriab budaya tahunan keempat yang digelar oleh warga Kampung Gondonglayu Lor. Warga pertama kali menggelar acara kirab budaya ini pada 2010. Total dana yang dianggarkan untuk acara kali ini mencapai sekitar Rp20 juta yang digelar secara swadaya oleh masyarakat dari tujuh RT di lingkungan Gondonglayu Lor.

“Acara kirab ini merupakan urunan atau sumbangan dari warga. Ini memuat makna ajakan untuk bersedekah, berbagi kepada sesama. Usai dikirab, apem dan lemper tadi dibagikan kepada warga,” ujar Muhammad Makhrus, Pembina Kirab Shafaran, di Yogyakarta, Minggu (21/12).

Hujan yang turun membasahi jalanan di Kota Yogyakarta sejak siang hari tidak menyurutkan semangat warga mengusung gunungan apem dan lemper berkeliling kota. Dengan berhujan-hujanan dan mengenakan kostum khas daerah, warga yang terdiri dari kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga tua terlihat ceria berpawai.

Makhrus mengatakan kemasan budaya yang membungkus prosesi kirab merupakan ruh dari semangat Yogyakarta sebagai Kota Budaya.

“Apem dan lemper sengaja dipilih karena dalam filosofi Jawa, apem bermakna ampunan atau sikap saling memaafkan dan lemper yang lengket memuat makna simbolis mempererat persaudaraan dan persatuan,” ujarnya.

Di sisi lain, dalam gelaran Kirab Shafaran 1.000 apem ini, warga juga mengarak Ogoh-ogoh atau raksasa buruk rupa yang melambangkan kejahatan, keburukan, dan angkara murka.

Usai dikirab, makhluk ini akan dilebur dengan cara dibakar sebagai simbolisasi menghilangkan segala sifat buruk yang ada di dalam diri manusia.

“Jika tidak hujan, ogoh-ogoh ini akan dibakar. Tapi karena sekarang hujan, kemungkinannya nanti hanya dihancurkan,” ujar Murtodjo, Ketua RT 60, Kampung Gondonglayu Lor, yang bertugas mengamankan prosesi Kirab.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Anggi Oktarinda
Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper